PALU– Pihak Stasiun Meteorologi Kelas II Mutiara SIS Al-Jufri Palu memberikan peringatan terkait potensi hujan yang masih tinggi di beberapa wilayah Sulawesi Tengah (Sulteng).
Kepala Stasiun Meteorologi Kelas II Mutiara SIS Al-Jufri Palu, Nur Alim saat ditemui jurnalis media ini, Selasa (25/6/2024) mengatakan, berdasarkan pantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), atmosfer menunjukkan adanya potensi uap air sebesar 67 persen yang akan membentuk awan hujan hingga satu pekan ke depan.
“Sebaran potensi hujan berada di wilayah Kabupaten Sigi, Donggala, Kota Palu, Parigi Moutong, Buol, dan Tolitoli, serta di wilayah timur seperti Banggai, Morowali Utara, dan Tojo Una-Una,” ujar Nur Alim.
Dia menekankan pentingnya kewaspadaan di daerah-daerah rawan banjir dan banjir bandang, terutama di Sigi yang meliputi Kulawi, Dolo, dan Dolo Selatan.
Salah satu masalah utama yang dihadapi adalah sedimen yang menumpuk di sungai dan sabodam, menyebabkan potensi banjir bandang meningkat saat hujan deras.
“Aliran sungai sudah mulai dangkal dan waduk sabodam yang berfungsi menahan air sudah penuh. Ini mengancam pertanian, perkampungan, dan fasilitas umum,” jelasnya.
Nur Alim mengimbau agar stakeholder terkait seperti PUPR dan pemda setempat segera menormalisasi sungai dan sabodam.
Dia juga menekankan bahwa puncak hujan kedua terjadi pada Juni dan Juli, dengan potensi curah hujan yang masih tinggi.
Untuk wilayah Donggala, Parigi Moutong, dan Tojo Una-Una, kewaspadaan juga diperlukan terhadap kemungkinan longsor yang dapat menutup Jalan Trans Sulawesi.
“Hujan lebih dari tiga hari berturut-turut akan mengurangi daya ikat tanah, sehingga rawan longsor,” tuturnya.
Khusus wilayah Donggala bagian utara, Parigi Moutong, dan Tojo Una-Una, daerah hilir yang rendah akan berpotensi banjir genangan.
Di Morowali Utara, perbatasan arah Poso juga rawan hujan deras, meskipun diharapkan tidak menimbulkan banjir atau banjir bandang.
Nur Alim juga memberikan perhatian khusus pada wilayah Banggai yang masih memiliki curah hujan tinggi, terutama untuk masyarakat pesisir.
“Angin kuat dari timur dapat menimbulkan gelombang tinggi, sehingga nelayan disarankan melaut pada siang hari saja,” ungkapnya.
Pihak BMKG menekankan pentingnya meningkatkan kewaspadaan tanpa panik, terutama bagi masyarakat yang tinggal di bantaran sungai.
Menurutnya, mengamati kondisi cuaca di hulu dan memperhatikan informasi dari BMKG serta BPBD setempat adalah langkah penting untuk menghadapi potensi bencana.
Bagi masyarakat dengan mobilitas tinggi, disarankan untuk mengurangi perjalanan malam hari karena curah hujan yang tinggi dan jarak pandang terbatas.
Untuk tim tanggap bencana, Nur Alim mengingatkan agar selalu berkonsultasi dengan pos terdekat atau badan penanggulangan bencana daerah terkait potensi cuaca ke depan.
“Jangan sampai tim evakuasi atau penolong terkena musibah karena ketidaktahuan akan potensi curah hujan tinggi yang dapat menyebabkan banjir bandang susulan,” tuturnya. RIL
Komentar