“Sukses itu sederhana. Lakukan apa yang benar pada waktu yang tepat,” Arnold H Glasow – pengusaha sukses Amerika Serikat.
Oleh: Agus Panca Saputra
Tidak ada yang menyangka bahwa Kabupaten Morowali akan mengangkat nama Sulawesi Tengah di kancah dunia.
Sebelumnya, perpecahan antaragama di Kabupaten Poso pada tahun 1998 dan 2000 selalu menjadi topik utama pemberitaan nasional di provinsi dengan julukan Negeri Seribu Megalit ini.
Namun semuanya berubah sejak tahun 2013. Perusahaan tambang, PT Bintang Delapan sukses melakukan penggalian dan menemukan cadangan nikel terbesar dunia di Kabupaten Morowali.
Mata dunia kemudian mengarah ke Morowali. Akhirnya, PT Bintang Delapan berkolaborasi dengan PT Tsingshan Steel Group, sebuah perusahaan pengolahan nikel terbesar dunia asal Cina yang memiliki teknologi paling mutakhir. Kerjasama kedua perusahaan ini membuahkan hasil. Pada tahun 2015, Presiden Joko Widodo meresmikan Kawasan Industri yang diberi nama Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP).
Kawasan Industri IMIP terintegrasi dengan produk utama yang dimiliki berupa nikel, stainless steel, carbon steel, dan yang terbaru adalah bahan baku baterai kendaraan listrik (electronic vehicle).
PT IMIP juga memiliki industri pendukung yang terentang mulai dari coal power plant, pabrik mangan, silikon, chrome, kapur, kokas, dan lainnya, hingga fasilitas penunjang lain di antaranya pelabuhan dan bandara.
Peresmian PT IMIP sebagai tonggak hilirisasi nikel di Indonesia membuat orang-orang berbondong-bondong menuju Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali.
Setidaknya ada dua tipikal orang yang datang ke kabupaten itu. Pertama, mencari kerja di PT IMIP dan yang kedua, meraup cuan dari keberadaan PT IMIP.
Mereka yang menyambut ‘durian runtuh’ atas kehadiran PT IMIP adalah dengan membuka usaha di sekitar lokasi kawasan industri.
Ada yang membuka kios, membangun rumah kos, membuka warung makan, salon kecantikan hingga usaha perbengkelan.
Orang-orang dengan tipikal kedua ini memanfaatkan puluhan ribu karyawan IMIP sebagai objek mata pencaharian.
Pelan tapi pasti, usaha yang mereka lakukan berkembang seiring dengan massifnya penerimaan tenaga kerja perusahaan.
Survei mandiri yang dilakukan PT IMIP menyebutkan, jumlah rumah kos di Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali saat ini sebanyak 16.596 kamar kos.
Jika dirata-ratakan harga sewa rumah kos tersebut sebesar Rp1 juta perbulan, maka perputaran uang dari bisnis rumah kos mencapai Rp16,5 miliar perbulan.
Sebagai gambaran, biaya sewa kos termurah di Kecamatan Bahodopi saat ini adalah Rp850 ribu hingga Rp1,5 juta sebulan, tergantung luas kamar dan fasilitas yang disediakan pemilik kos-kosan.
Informasi lainnya, jumlah karyawan PT IMIP pada Bulan Juli 2024 tercatat 83.428 orang dan diproyeksikan akan terus bertambah hingga 90.000 orang.
Salah satu pelaku UMKM yang sukses di Kecamatan Bahodopi adalah Rizky Amelia, pemilik Kios Cahaya Baru di Dusun Kurisa, Desa Fatufia, Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali.
Saat diwawancara di Channel Youtube Bumi Morowali, Rizky Amelia menceritakan kisahnya.
Bersama ayahnya, Rizky Amelia mengawali usaha sejak tahun 2016. Usaha yang dirintis adalah jualan kue dan nasi kuning.
Dengan prinsip kejujuran yang dipegangnya, usaha Rizky Amelia terus meningkat. Usaha jualan kue berkembang menjadi Kios Cahaya Baru. Di kios ini, Rizky Amelia menjual beras, telur ayam dan aneka kebutuhan sehari-hari. Kini kios miliknya itu tak pernah sepi.
Karena meraup omset ratusan juta sebulan dari kiosnya ini, Rizky Amelia berhasil melunasi hutang orangtuanya serta senantiasa menebar rejeki bagi fakir miskin dan anak yatim.
“Nunggu pembeli sampai ngantuk pernah, sampai tengah malam (kami buka kios). Tapi sekarang Alhamdulillah kios kami tak pernah sepi,” tutur Rizky Amelia.
Hingga saat ini, Rizky Amelia menyuplai kebutuhan makanan di berbagai perusahaan di kawasan IMIP.
Hal yang sama dirasakan Utami, warga Desa Fatufia Kecamatan Bahodopi. Dia dan suaminya, Yusuf, menyuplai aneka sayuran ke perusahaan. Selain sayuran seperti kentang, kol dan bawang merah, Utami juga memasok plastik sampah hingga daging.
Dari usahanya ini, Utami mampu membeli dua unit mobil pick up dan satu unit kendaraan keluarga.
Bahkan pada awal November 2024, Utami memberangkatkan ibunya umrah ke Tanah Suci. Dia juga membantu biaya adik laki-lakinya di pondok pesantren.
Selain Rizky Amelia dan Utami, masih banyak usahawan sukses di Kecamatan Bahodopi. Mereka yang sukses adalah orang-orang yang mampu memanfaatkan peluang dan bersabar. ***
Komentar