Ngeri! Ada Lebih 100 Buaya Berkeliaran di Sungai Palu

buaya
BUAYA berkalung ban di Sungai Palu. FOTO: DAILYMAIL.CO.UK

SultengTerkini.Com, PALU– Upaya Panji si Petualang untuk menangkap buaya berkalung ban di Sungai Palu, Sulawesi Tengah hingga kini belum membuahkan hasil. Dalam vlognya Panji mengatakan, proses evakuasi menyelamatkan buaya berkalung ban masih terus berlangsung.

Berbagai cara Panji dan timnya sudah dilakukan mulai dari memasang jerat, pukat, menyisir Sungai Palu di malam hari hingga berkoordinasi dengan tokoh masyarakat dan sesepuh adat, tetapi tetap nihil.

Menurut Panji, ada beberapa faktor yang menjadi kendala di lapangan mulai dari ramainya warga hingga banyaknya buaya di Sungai Palu.

Namun yang menjadi masalah kata Panji, di dekat Jembatan IV itu ada semacam gundukan pasir yang menjadi sebagai sarang buaya untuk berkembangbiak.

“Dalam pengamatan yang saya dan tim lakukan ada lebih dari 100 ekor buaya di Sungai Palu saat ini. Ukurannya mulai dari yang terkecil 1 meter hingga sekitar 7 meter yang terbesar sempat saya dan tim lihat dalam proses evakuasi penyelamatan buaya ban. Tentu ini bisa jadi masalah besar jika tidak ditangani,” kata Panji dalam akun instagramnya @panjipetualang_real.

Masih dalam vlognya, Panji mempertanyakan, kedepannya apa tidak menjadi masalah dengan banyaknya buaya yang ada di Sungai Palu tersebut.

Karena menurut Panji, setiap tahun tentunya populasi buaya akan semakin banyak dan buaya-buaya kecil saat ini pasti akan bertambah besar.

“Apakah di Teluk Palu sumber makanan bagi para buaya itu akan cukup, gak akan teman-teman! Karena Teluk Palu bukanlah wilayah atau area konservasi untuk buaya,” tegas Panji.

Saat ini katanya Sungai Palu atau Teluk Palu masih banyak makanan, sehingga buaya jarang sekali konflik dengan manusia.

Namun jika ketersediaan makanan itu telah habis dan populasi buaya makin meningkat, maka konflik akan terjadi.

“Ini seperti bom waktu. Jika tidak dipikirkan oleh semua pihak, oleh pemerintah, otomatis akan menjadi masalah besar kedepannya,” pungkas Panji. HAL

Komentar