ROA Ajak Warga Gabung Aliansi Penghidupan Hijau

SUASANA diskusi Ketua Relawan Orang dan Alam, Mohammad Subarkah bersama sejumlah jurnalis di salah satu warung kopi di Jalan Masjid Raya, Rabu (17/1/2018). FOTO: ICHAL

SultengTerkini.Com, PALU– Ketua Relawan Orang dan Alam (ROA), Mohammad Subarkah mengajak warga bergabung dalam aliansi penghidupan hijau dalam rangka memperkuat masyarakat sipil untuk pembangunan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

“Ajakan ini untuk menyerukan kepada kita semua agar mulailah membangun dengan sesuatu yang ramah lingkungan dan memikirkan keberlanjutannya, karena membangun tanpa memikirkan hal itu justru kita sesungguhnya tengah menciptakan kerugian yang lebih besar,” ujarnya.

Menurutnya, untuk menciptakan hal itu perlu dibuat komitmen politik yang kuat dari pemerintah, masyarakat dan sektor swasta.

Ketimpangan dan kesenjangan yang selama ini terjadi sudah harus mulai ditekan, perlu saling meningkatkan pemahaman, persepsi, saling berkordinasi dan meningkatkan pengawasan koloboratif dalam menciptakan pembangunan penghidupan hijau.

“Praktiknya mesti bersama-sama, bukan hanya mendengarkan satu pihak saja, semisal hanya mendengar keinginan investor saja atau hanya mendengar keinginan pemerintah saja bahkan hanya ingin mendengar keinginan masyarakat saja dan jika itu terjadi maka ketimpangan dan kesenjangan dipastikan terjadi dan merugikan,” katanya.

Ia mencontohkan banyak yang dialami masyarakat saat ini kerapkali sangat dirugikan karena hak mereka atas tanah dan sumber daya alam seringkali tidak jelas. Perluasan perkebunan skala besar, pertambangan skala besar yang mengambil kawasan-kawasan hutan  terkadang menyingkirkan masyarakat dari sumber-sumber penghidupannya yang akhirnya berdampak pada kemiskinan.

“Pembukaan dan perluasan lahan untuk perkebunan skala besar, pertambangan yang tidak berkelanjutan merupakan salah satu akar penyebab rusaknya hutan dan penurunan lahan hilangnya sumber penghidupan masyarakat,” katanya.

Subarkah menyampaikan faktor kebijakan, perdagangan baik lokal, nasional dan pelaku bisnis internasional seperti perusahaan multinasional dan investor merupakan pendorong utama hilangnya hutan ataupun sumber-sumber penghidupan masyarakat. Meski demikian, hal ini juga kerap dilakukan oleh  masyarakat, perusahaan lokal juga berkontribusi besar terhadap hilangnya dan degradasi hutan serta sumber penghidupan juga.

Pendorong lain terjadinya deforestasi dan degradasi lahan adalah kurangnya kehendak politik dan pribadi untuk melindungi fungsi kritis yang diberikan oleh hutan dan sumber-sumber penghidupan.

Olehnya ROA mengajak para pihak untuk melakukan tata kelola hutan dan sumber-sumber penghidupan yang inklusif dan berkelanjutan.

Masyarakat memiliki peran penting dalam menjaga lanskap hutan dan sumber-sumber penghidupan yang subur.

Namun katanya, tiga kondisi perlu dipenuhi agar masyarakat benar-benar dapat memainkan peran ini diantaranya keamanan kepemilikan lahan, atau akses terhadap tanah, dimasukkannya dalam pengambilan keputusan penggunaan lahan oleh pemerintah dan  sektor swasta, dan pendekatan berbasis alam terhadap pengelolaan lanskap hutan dan sumber-sumber penghidupan.

“Kondisi ini memungkinkan masyarakat untuk terlibat dengan pemangku kepentingan dari sektor publik dan swasta untuk bersama-sama memutuskan penggunaan lahan. Ini adalah tata kelola yang inklusif dan berkelanjutan dari hutan dan sumber-sumber penghidupan,” pinta Subarkah. CAL

Komentar