SultengTerkini.Com, TOLITOLI– Kepemimpinan menjadi tiang utama pada sebuah fondasi masyarakat. Seperti layaknya sebuah negara jika tidak ada namanya kepemimpinan dari seorang pemimpin yang tegas dan berdedikasi yang baik, maka akan hancurlah sebuah negara.
Demikian disampaikan Izatul Silmi, seorang Penggerak Pendidikan yang juga Trainer Guru di Kabupaten Tolitoli dalam rilisnya yang diterima SultengTerkini.Com, Selasa (13/3/2018).
Ia mengatakan, kepemimpinan yang paling optimal dalam menjaga negara dan tidak diragukan lagi dedikasinya yaitu tentara negara dengan pendidikan kemiliteran.
“Mengapa pendidikan militer? Karena dengan pelatihan kemiliteran dapat memupuk jiwa keprajuritan seseorang, keprajuritan seorang tentara dipupuk hingga terciptalah empat sayap tentara untuk bangsa, yakni tentara rakyat, tentara pejuang, tentara nasional, dan tentara profesional,” katanya.
Hal ini mirip dengan nilai kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
Kesamaan nilai yang dimiliki yaitu, seorang TNI harus menjadi tentara yang menjaga rakyat sama halnya dengan guru yang berkepribadian baik hingga menjadi cerminan oleh masyarakat.
Lalu TNI adalah tentara pejuang yang bekerja keras dalam menjaga negara sama halnya dengan guru yang harus berjuang keras untuk memperdalam ilmu pengetahuan berupa pedagogik agar siswa menjadi insan yang teladan.
Ia menuturkan, nilai TNI sebagai tentara nasional memiliki kesamaan dengan guru bahwa untuk menjaga kemaslahatan nasional guru menjadi seorang insan yang mampu bersosialisasi dengan baik dengan jajaran yang ada pada ruang lingkup pendidikan dan masyarakat sekitar, serta TNI sebagai tentara profesional dituntut untuk berdedikasi tinggi untuk mementingkan ketahanan negara di atas segala-galanya.
“Begitu jugalah guru, untuk membangun sebuah generasi negara maka guru menjadi ujung tombak utama dalam pendidikan serta moral siswa, dan mementingkan pendidikan anak di atas segala-galanya,” tutur Izatul.
Menurutnya, hal ini telah lama disadari oleh sebuah pendidikan non formal yang bernama Sekolah Guru Indonesia dibawah naungan Dompet Dhuafa (SGIDD).
Karena katanya, apabila kependidikan guru diterapkan sesuai dengan nilai-nilai kemiliteran maka penganiayaan dan maraknya perlawanan dari siswa terhadap guru bisa dihindari dan diminimalisir, karena guru memiliki jiwa kepemimpinan dan nilai dedikasi yang baik untuk pendidikan.
Ia menambahkan, dengan adanya penanamam nilai dedikasi yang diterapkan kepada guru sedari dini, maka guru akan selalu ingat bahwa tugas utamanya yaitu untuk membangun generasi bangsa yang seimbang dalam hal pengetahuan dan moral.
Selain itu katanya, jiwa kepemimpinan guru sangat mempengaruhi dalam perubahan tingkah laku serta kebijakan dalam pembelajaran siswa.
Untuk memulai hal ini, Sekolah Guru Indonesia telah melakukan pelatihan kepemimpinan guru di 33 provinsi di Indonesia.
Ia menuturkan, mulai bulan Februari 2018 ini telah dibuka khusus pelatihan kepemimpinan guru ini di tiga kecamatan Kabupaten Tolitoli yakni Kecamatan Dampal Selatan, Kecamatan Galang, dan Kecamatan Dondo.
Hal ini menjadi support yang sangat baik bagi Dinas Pendidikan Tolitoli karena sangat pentinglah pendidikan kepemimpinan guru agar guru mampu memimpin siswa bahkan masyarakat dengan baik, sehingga tidak adanya kekerasan terutama diruang lingkup pendidikan. CAL
Komentar