Kopi Poso Mulai Dilirik di Indonesia, Tersedia Tiga Aneka Rasa

photo6163556061974472835
ANDY F Noya, mantan Pemimpin Redaksi Metro TV (kanan) memegang produk Kopi Poso yang didampingi jurnalis asal Poso. FOTO: IST

SultengTerkini.Com, POSO– Kabupaten Poso di Sulawesi Tengah merupakan salah satu daerah penghasil kopi paling produktif dari 12 kabupaten dan satu kota yang ada, meski luas areal perkebunan kopi di Poso berada di urutan kedua setelah Kabupaten Sigi.
Sayang sekali, selama ini biji dari tanaman kopi yang ada di Poso hanya dipasarkan seadanya. Diolah dan dijual secara tradisional, dengan kemasan kantong plastik biasa tanpa merek.

Padahal, berton-ton biji kopi dari Poso, hanya dijual keluar. Diolah dan dipasarkan di luar Poso, menyebabkan identitas biji kopi Poso hilang.

Barulah pada 11 September 2017 silam, salah seorang warga Poso mencoba memperkenalkan Kopi Poso. Rizal Musafir namanya. Menurut Rizal, awal memproduksi Kopi Poso, dirinya hanya berbekal semangat dan modal nekat.

“Niat pertamanya hanya ingin menunjukkan potensi yang ada di Poso. Selama ini, belum ada merek sendiri yang dihasilkan Poso untuk barang konsumsi, sebagai produk lokal, khususnya kopi. Padahal Poso punya potensi kopi yang berlimpah,” ujar Rizal kepada media ini, Ahad (6/1/2019).

Menurutnya, merek Kopi Poso dipilih untuk memperkenalkan produk kopi yang dihasilkan dari Poso, tanpa perlu mencantumkan identitas pribadi.
“Dalam brand Kopi Poso tidak ada sedikit pun mencantumkan identitas pribadi saya.

Hanya identitas Poso. Karena niat awal saya memang ingin mempromosikan juga potensi di Poso. Lihat saja gambar yang ada dalam kemasannya. Cagar budaya yang ada di Poso, yaitu Patung Palindo. Nama diproduksinya juga Palindo Coffee. Bukan Rizal Kopi,” urainya sedikit bercanda.

Produk Kopi Poso diolah dari biji kopi Robusta, dengan tiga varian rasa dan aroma yang berbeda yakni Kopi Murni tanpa campuran dengan warna kemasan hitam. Kopi Rempah yang dicampur jahe merah, kayu manis dan cengkih dengan warna kemasan merah, serta Kopi Walet dicampur dengan sarang burung Walet, dengan kemasan berwarna putih.

“Karena warga masih kurang yang menanam biji Kopi Arabika. Katanya banyak bibit dari Lampung atau Robusta. Warga juga lebih senang menanam bibit Robusta, karena pohonnya pendek dan cepat berbuah,” tutur Rizal.

Ia menjelaskan, produk Kopi Poso sebagian besar menggunakan biji kopi dari wilayah Lore. “Ada juga daerah lain yang penghasil biji kopi, seperti daerah Bancea atau yang lain. Tapi menurut saya biji kopi yang ditanam di Lore lebih baik kualitasnya. Mungkin pengaruh ketinggian dan cuaca yang berbeda. Kalau kemasan saya beli dari Jawa,” katanya.

Kopi Poso sudah diakui berdasarkan izin dari Dinas Kesehatan P-IRT Nomor: 2127204010216-22. Karena itu, Kopi Poso saat ini sudah mulai dipasarkan keluar dari Kabupaten Poso.

Andy F Noya, pembawa acara dari salah satu program talk show Kick Andy yang ditayangkan Metro TV bahkan menyebut kopi sebagai Emas Hitam.

Menurutnya, keberadaan Kopi Poso sebagai produk lokal turut membuatnya bangga, sebagai kekuatan baru yang lahir dari Poso.
Kopi Poso sebagai produk lokal khas Poso, diproduksi secara sederhana dari Jalan Mawar Blok B II Nomor 3 Kompleks BTN Gebangrejo, Kabupaten Poso.

Agar orang-orang di luar Poso bisa tahu kalau di Kabupaten Poso memiliki kopi yang berkualitas, Kopi Poso diharapkan bisa berkembang lebih maju, setara dengan lima daerah penghasil kopi terbaik di Indonesia, yakni Aceh dengan Kopi Gayo, Sulawesi Selatan dengan Kopi Toraja, Nusa Tenggara Timur dengan Kopi Flores, Jawa Timur dengan Kopi Jawa, dan Bali dengan Kopi Kintamani. MTA

Komentar