Sistem Deteksi Dini Jadi Pembahasan di Coffee Morning Basarnas Palu

WhatsApp Image 2019-03-15 at 15.57.12
ACARA coffee morning yang digelar Basarnas Palu di ruang rapat kantornya, Jumat (15/3/2019). FOTO: HUMAS

SultengTerkini.Com, PALU– Evaluasi penanganan korban gempa, tsunami dan likuefaksi pada 28 September 2018 silam dan sosialisasi sistem deteksi dini menjadi pembahasan dalam acara coffee morning yang digelar Basarnas Palu di ruang rapat kantornya, Jumat (15/3/2019).

Kegiatan dimulai dengan evaluasi penanganan gempa, tsunami dan likuefaksi yang terjadi 28 September 2018 yang lalu.

Dimana masing-masing perwakilan dari instansi yang hadir menyampaikan kendala ataupun masalah-masalah yang dihadapi saat musibah gempa, tsunami dan likuefaksi terjadi.

Kasubag Organisasi Biro Hukum dan Kepegawaian Basarnas, Edi Purwanto mengatakan, tugas pencarian dan pertolongan tidak mutlak adalah tugas Basarnas, namun juga merupakan tugas bersama.

Ia mengatakan, bicara tentang kemanusiaan, maka akan bicara bagaimana akan memberikan pertolongan kepada mereka yang membutuhkan.

“Pada konteks coffee morning tentu kita ingin mendapatkan masukan sumbang saran dari bapak-bapak, kepemimpinan seperti apa yang lebih efektif, lebih berdayaguna, sehingga penanganan kecelakaan, bencana dan kondisi yang membahayakan manusia ini lebih baik lagi,” katanya.

Ia berharap, semoga pertemuan ini akan menghasilkan sebuah pemahaman yang sama. Artinya, siapa berbuat apa, melakukan apa, kewenangannya dimana, sehingga pada saat dilapangan orang tidak lagi berebut.

Namun media sekarang sudah pintar mencari kesempatan untuk mewawancarai pejabat-pejabat.

Dengan demikian apabila semua sudah mengetahui wewenangnya tentu tidak akan berbicara yang bukan kewenangannya.

“Mudah-mudahan pada siang ini kita memiliki persepsi yang sama, model kepemimpinan seperti apa yang akan kita sama-sama pahami. Mungkin kepemimpinan yang kolaboratif, artinya kita bicara tentang kemanusiaan dan tidak lagi kita bicara tentang atribut, tapi bagaimana sesuai dengan kebutuhan dilapangan, dalam hal ini tugas pokok dan fungsi masing-masing, sehingga tidak menimbulkan sesuatu yang tidak harmonis dikarenakan adanya ego sektorat,” tuturnya.

Setelah evaluasi penanganan gempa, tsunami dan likuefaksi yang terjadi 28 September 2018 dilanjut dengan sosialisasi sistem deteksi dini.

Sistem deteksi dini atau Local User Terminal (LUT) merupakan sistem compas-Sarsat yang dapat memproses signal marabahaya dari radio beacon yang terdeteksi oleh satelit Cospas-Sarsat (Indonesia Leolut & Meolut) yang bertujuan untuk memberikan informasi distress alert dan memberikan data lokasi.

Sementara itu, Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Palu, Basrano mengatakan, pelaksanaan sosialisasi ini sangat penting sebagai wujud keseriusan pemerintah, khususnya Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan, terutama wilayah Sulteng dalam rangka memberikan respon cepat dalam setiap kecelakaan yang terjadi baik pelayaran dan atau penerbangan.

Dimana Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan saat ini makin berkembang dengan dibangunnya salah satu stasiun penerima sinyal di bumi yang dikenal MEO LUT dengan kecepatan kurang dari 1 menit sinyal distres yang dipancarkan oleh alat yang emergency yang terpasang di kapal (EPIRB), pesawat (PLB)serta pesonal (PLB).

“Oleh sebab itu kami berharap pada penyelenggara pelayaran maupun penerbangan agar dapat meregistrasi alat tersebut,” pungkasnya.

Kegiatan dihadiri oleh 30 orang dari instansi yang berpotensi SAR diantaranya dari TNI/Polri, BMKG, Airnav, BPBD, PMI, Dinas Sosial, KSOP Pantoloan, KKP Palu, AJI Palu dan IJTI Sulteng. CAL

Komentar