Sejak 1904, Sulteng 29 Kali Dihantam Gempa Besar dan Tsunami

WhatsApp Image 2019-04-18 at 06.19.43
KANTOR Stasiun Geofisika Kelas I Palu yang berlokasi di Jalan Sumur Yuga, Kelurahan Balaroa, Kecamatan Palu Barat. FOTO: ICHAL

SultengTerkini.Com, PALU– Peristiwa gempa bumi dan tsunami di Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) 28 September 2018 lalu dan di Banggai Kepulauan pada Jumat 12 April 2019 bukan kali pertama terjadi di daerah ini.

Ternyata, Sulteng pernah diguncang sebanyak 29 kali gempa besar dan 13 diantaranya menimbulkan tsunami yang terjadi sejak 1904-2018.

Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Geofisika Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kelas 1 Palu, Hendrik mengatakan, gempa yang mengguncang Sulteng dengan magnitudo (M) di atas 6,0 sebanyak 29 kali.

“Gempa ada yang datang dari luar tapi terasa di Sulteng. Begitu juga tsunami, terjadi di luar tapi terasa hingga di Sulteng,” katanya.

Berdasarkan data tabel grafik gempa merusak dan tsunami BKMG Kelas 1 Palu, gempa terjadi di Sulteng pada 1904 berkekuatan magnitudo 6,0 berpusat di Kabupaten Tolitoli menimbulkan tsunami.

Selanjutnya gempa di dua wilayah kabupaten pada 1907 berkekuatan M 6,8 dan 1909 berkekuatan magnitudo 7,1 dengan keterangan tidak berpotensi tsunami.

Gempa juga terjadi di Pulau Kalimantan pada 1921 berkekuatan M 6,7 menimbulkan tsunami yang menghantam hingga wilayah pesisir Sulteng.

Gempa di Kabupaten Donggala pada 1927 berkekuatan M 6,0 menimbulkan tsunami. Gempa dan tsunami selanjutnya terjadi pada 1938 di Kabupaten Parigi Moutong berkekuatan magnitudo 7,6 yang menyebabkan tsunami menghantam sebagian pesisir Teluk Tomini.

Setahun selanjutnya, gempa disertai tsunami berpusat di Teluk Tomini pada 1939 berkekuatan 8,6 meluluhlantakkan wilayah pesisir Teluk Tomini.

Tertidur cukup lama, gempa 1965 berkekuatan magnitudo 8,0 di Kepulauan Ambon menyebabkan tsunami hingga menghantam sebagian wilayah pesisir Kepulauan Banggai.

Menurut Hendrik, selain di Kalimantan, gempa disertai tsunami di Kepulauan Ambon dikategorikan bencana dari luar, namun terdampak hingga ke Sulteng yang dipicu pleh Sesar Sula Utara.

“Besarnya gempa itu menyebabkan tsunami hingga sampai ke Pulau Banggai bersaudara,” jelasnya.

Di tempat lain, Kabupaten Donggala bagian barat pada 1968 terjadi gempa bermagnitudo 7,3 menimbulkan tsunami.

Disusul 1969 gempa berkekuatan M 6,9 di Sulawesi Selatan menimbulkan tsunami hingga terasa di Sulteng.

Setelah tertidur 14 tahun lamanya, dalam catatan Hendrik, dua gempa berkuatan M 6,0 berpusat di dua wilayah Kabupaten Buol dengan tingkat kerusakan cukup parah.

“Dua tahun selanjutnya 1985 gempa berkekuatan M 6,7 terjadi di wilayah Sulsel dan terasa hingga ke Sulteng, salah satunya Kabupaten Sigi sebagai daerah terdekat dari pusat gempa,” jelasnya.

Setelah tiga tahun gempa tanpa disertai tsunami, gempa 1990 berkekatan M 7,6 berpusat dekat wilayah Provinsi Gorontalo berbatasan dengan Provinsi Sulteng, tepatnya di Kabupaten Buol menyebabkan tsunami hingga terasa ke beberapa desa perbatasan.

Masih di wilayah yang sama, gempa berkekuatan magnitudo M 6,2 kembali terjadi tanpa menimbulkan tsunami.

Kemudian 1995 gempa berkuatan magnitudo 5,9 dipicu aktifnya sesar Poso menghantam sebagian wilayah di Kabupaten Poso dan tidak berpotensi tsunami.

Setahun kemudian, tepatnya 1996, tsunami kembali menimbulkan dampak kerusakan setelah gempa besar berkekuatan M 6,0 berpusat di laut Sulawesi mengguncang Kabupaten Tolitoli.

Di tahun yang sama juga terjadi gempa besar berkekuatan magnitudo 7,9 menimbulkan tsunami di bagian barat Kabupaten Donggala.

Selanjutnya, dalam catatan Hendrik, dua daerah pada 1998 terjadi gempa dengan kekuatan M 6,1 di Kabupaten Donggala dan gempa disertai tsunami akibat gempa berkuatan magnitudo 7,7 berpusat di Pulau Ambon.

“Dua gempa besar di Ambon begitu dirasakan hingga ke Kepulauan Banggai. Pemicunya juga sama yakni sesar Sula Utara,” jelasnya.

Mengawali tahun 2000, tsunami terjadi di Kabupaten Banggai Kepulauan dipicu gempa berkekuatan M 7,6 akibat aktifnya Sesar Peleng.

Dua tahun setelah itu kata Hendrik, gempa di Sulteng tidak menyebabkan tsunami, diantaranya gempa 2002 berkekuatan M 6,2 di Kabupaten Tojo Unauna, gempa 2005 berkekuatan M 6,3 di salah satu wilayah di Kabupaten Sigi.

Kemudian gempa 2008 dengan kekuatan M 7,4 laut Sulawesi tidak jauh dari Kabupaten Buol, gempa 2011 berkekuatan M 6,1 di Kabupaten Morowali, gempa 2012 dengan kekuatan M 6,2 di Kabupaten Kabupaten Sigi.

Selanjutnya gempa 2017 berkekuatan di Kabupaten Poso M 6,6 dan gempa 2018 berkekuatan 6,0 di bagian barat Kabupaten Donggala serta di tahun yang sama gempa dahsyat berkekuatan M 7,4 menimbulkan tusnami menerjang pesisir hingga Kota Palu.

“Gempa 2018 disertai tsunami kembali mengingatkan kita bahwa tujuh tahun lalu sesar aktif di Sulteng tidak menimbulkan tsunami,” jelasnya. MAD

Komentar