Ekspor Sulteng Naik 710,43 Juta Dolar

KEPALA BPS Provinsi Sulteng, Faizal Anwar didampingi Kepala Bidang Statistik Distribusi, G.A Nasser memberikan penjelasan terkait aktivitas ekspor impor di Sulawesi Tengah, Kamis (2/1/2020). FOTO: AMRUL SODIKIN

SultengTerkini.Com, PALU- Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) mencatat terjadinya kenaikan nilai ekspor sejak Januari hingga November 2019 sebesar 710,43 juta dolar atau 15,26 persen dari tahun 2018.

Meski demikian, BPS Sulteng juga mencatat terjadinya penurunan ekspor selama Bulan November 2019. Pada bulan tersebut, total ekspor Sulteng senilai 458,59 juta dolar, turun 191,91 juta dolar atau 29,50 persen dibandingkan bulan Oktober 2019.

Kepala BPS Provinsi Sulteng, Faizal Anwar didampingi Kepala Bidang Statistik Distribusi, G.A Nasser menuturkan, sejak Januari hingga November 2019, nilai ekspor Sulteng tercatat sebesar 5.366,45 juta dolar.

“Ekspor barang melalui Provinsi Sulteng sebesar 5.288,75 juta dolar dan dari provinsi lain sebesar  77,70 juta dolar,” jelas Faizal Anwar kepada sejumlah media di Kantor BPS Sulteng, Kamis (2/1/2020).

Menurut Faizal, kontribusi terbesar terhadap ekspor berasal dari besi dan baja senilai 355,81 juta dolar atau 77,59 persen persen dari total nilai ekspor.

“Tiongkok merupakan negara tujuan utama ekspor senilai 245,06 juta dolar atau 53,44 persen dari total nilai ekspor. Selain Tiongkok, komoditi ekspor Sulteng juga dikirim ke Taiwan, Italia, Korea Selatan dan India,” terangnya.

Komoditas ekspor tersebut, lanjut Faizal, diekspor melalui Pelabuhan Kolonedale, Kabupaten Morowali Utara.

“Pelabuhan Kolonodale berperan menyuplai komoditas ekspor senilai 356,96 juta dolar atau 77,84 persen dari total nilai ekspor selama Januari-November 2019,” sebut Faizal.

Selain Pelabuhan Kolonedale, ekspor Sulteng juga diangkut dari Pelabuhan Luwuk senilai 96,16 juta dolar, dan Pelabuhan Pantoloan senilai 1,64 juta dolar.

Sedangkan ekspor melalui pelabuhan di provinsi lainnya tercatat 3,83 juta dolar, masing-masing melalui Pelabuhan Tanjung Perak (Jawa Timur) senilai 2,21 juta dolar, Pelabuhan Tanjung Priok (DKI Jakarta) senilai 0,72 juta dolar, Pelabuhan Tanjung Emas (Jawa Tengah) senilai 0,44 juta dolar, Ngurah Rai (Bali) senilai 0,23 juta dolar, Makassar (Sulawesi Selatan) senilai 0,22 juta dolar, dan Soekarno Hatta (Banten) senilai 0,01 juta dolar.  

Komoditas ekspor yang mendominasi adalah dua kelompok komoditas utama, yaitu kelompok komoditas besi dan baja senilai  355,81 juta dolar atau 77,59 persen dari total ekspor dan bahan bakar mineral senilai 80,07 juta dolar (17,46 persen).

“Kontribusi ekspor kelompok komoditas lainnya relatif kecil masing-masing di bawah 4,00 persen. Selama Januari-November 2019, kelompok besi dan baja mendominasi pangsa ekspor senilai  4.015,91 juta dolar atau 74,83 persen dari total ekspor dan bahan bakar mineral senilai 1.013,72 juta dolar (18,89 persen),” singkat Faizal Anwar.

Faizal mengatakan, untuk impor Sulteng  pada Januari sampai November 2019, komoditas yang mendominasi yaitu besi dan baja senilai 874,14 juta dolar atau 31,28 persen serta mesin dan pesawat mekanik senilai 836,36 juta dolar atau 29,93 persen dari total impor Sulawesi Tengah. “Impor terbesar berasal dari Tiongkok sebagai mitra dagang utama, disusul Afrika Selatan dan negara lainnya,” tutup Faizal. CR2

Komentar