Pendemo Bersenpi Bikin Kondisi AS Jelang Biden Dilantik Makin Ngeri

Foto: Orang-orang bersenjata api jelang pelantikan Joe Biden (pool)

SultengTerkini.Com, WASHINGTON DC– Sejumlah pengunjuk rasa dengan senjata api berkumpul di gedung-gedung DPRD negara bagian di AS, jelang pelantikan presiden terpilih Joe Biden. Situasi yang sudah diprediksi oleh Biro Investigasi Federal, FBI ini tampak makin ngeri.

Seperti dilansir BBC, Senin (18/1/2021) sejumlah kecil kelompok pengunjuk rasa – beberapa dari mereka bersenjata – berkumpul di gedung-gedung DPRD negara bagian di AS. Ketegangan meningkat setelah terjadinya kerusuhan mematikan di Capitol di Washington.

FBI sudah memperingatkan kemungkinan adanya aksi unjuk rasa bersenjata di sejumlah wilayah Amerika Serikat menjelang pelantikan Joe Biden sebagai presiden.

Ada berbagai laporan mengenai rencana berkumpul kelompok-kelompok bersenjata di seluruh gedung DPRD di 50 negara bagian dan di Washington DC menjelang pelantikan Biden pada 20 Januari.

Kekhawatiran itu muncul di tengah peningkatan keamanan untuk acara pelantikan itu.

Pada Senin (11/01), Biden mengatakan kepada wartawan bahwa dia tidak takut untuk mengucapkan sumpah jabatan di luar Gedung Capitol.

Unggahan-unggahan di jaringan online pro-Trump dan sayap ekstrem kanan menyerukan aksi protes pasa sejumlah tanggal, termasuk demonstrasi bersenjata di kota-kota di seluruh AS pada 17 Januari, serta sebuah pawai di Washington DC pada hari pelantikan.

Sebuah buletin internal FBI, yang dilaporkan oleh ABC News dan media-media lainnya, memuat peringatan bahwa sebuah kelompok menyerukan “penyerbuan” ke gedung-gedung DPR tingkat negara bagian serta pengadilan lokal dan federal di seluruh negara itu jika Trump dicopot dari jabatannya lebih awal.

Jika dia tidak dicopot, maka “penyerbuan” dilaksanakan pada hari pelantikan Joe Biden.

Sementara itu, seperti dilansir DW, Badan penegak hukum Amerika Serikat (AS) sudah meningkatkan pengamanan menjelang pelantikan Presiden terpilih AS Joe Biden pada 20 Januari.

Plt Sekretaris Kementerian Keamanan Dalam Negeri AS (DHS) Chad Wolf, beberapa jam sebelum pengunduran dirinya pada hari Senin (11/01), mengatakan bahwa dia telah menginstruksikan Dinas Rahasia AS untuk memulai operasi Acara Keamanan Khusus Nasional pada 13 Januari.

Dia mengatakan bahwa peristiwa kerusuhan minggu lalu membuat AS harus meningkatkan keamanan dan memajukan jadwal pengamanan hampir seminggu lebih cepat dari yang direncanakan semula.

Dia menambahkan bahwa agen federal, negara bagian, dan otoritas lokal “akan terus mengoordinasikan rencana dan sumber daya mereka untuk acara penting ini.”

Sebagaimana diketahui, protes diadakan di luar gedung DPRD di Texas, Oregon, Michigan, Ohio dan tempat lain.

Tetapi banyak gedung DPRD negara bagian lainnya sepi pada hari Minggu (17/01) waktu setempat, di tengah peningkatan keamanan di seluruh badan legislatif AS.

Sejauh ini, hanya terlihat sekelompok kecil pengunjuk rasa yang berjumlah puluhan orang yang berkumpul di beberapa kota, sementara jalan-jalan di sekitar gedung-gedung DPRD kosong.

The New York Times melaporkan sekitar 25 orang anggota gerakan Boogaloo Bois termasuk di antara pengunjuk rasa bersenjata yang berkumpul di Gedung DPRD di Columbus, Ohio.

Tetapi orang-orang – yang merupakan bagian dari kelompok ekstremis yang tidak terkoordinir secara ketat, yang ingin menggulingkan pemerintah AS – itu mengatakan mereka berada di sana untuk unjuk rasa terkait hak kepemilikan senjata yang sudah direncanakan sejak lama.

Sementara itu di Michigan, sekitar dua lusin orang – beberapa di antaranya membawa senapan – melakukan protes di luar gedung DPRD di Lansing. Polisi terlihat mengawasi unjuk rasa itu.

“Saya di sini bukan untuk melakukan kekerasan dan saya berharap tidak ada yang menunjukkan kekerasan,” kata seorang pengunjuk rasa kepada kantor berita Reuters.

Toko Senpi Kebanjiran Pesanan

Toko senjata api di Amerika Serikat sedang kebanjiran pesanan menjelang pelantikan Presiden AS terpilih Joe Biden. Biro Investigasi Federal, FBI sudah memperingatkan potensi kekerasan saat acara pelantikan Biden.

Dilansir New Zealand Herald, Senin (18/1/2021) seorang pemilik toko senjata di Texas mengatakan kepada media lokal bahwa dia tengah berusaha merekrut staf tambahan untuk memenuhi lonjakan permintaan. Pemilik toko memperkirakan situasi ini dapat berlanjut hingga 24 bulan ke depan.

Penjual senjata, Stephen Gutowski memposting gambar tanda di luar toko lokalnya di Virginia yang menunjukkan “tidak ada amunisi yang tersedia”.

Sementara itu dilaporkan pada pameran senjata di Iowa adanya peningkatan penjualan yang signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

“Pada dasarnya kami telah menjual sekitar 50 persen dari senjata yang kami miliki,” ujar juru bicara dari salah satu vendor di pameran tersebut.

Dia mengatakan bahwa biasanya mereka menjual 13 senjata api di pameran seperti itu. Namun, hanya dalam beberapa jam pameran yang digelar pada Sabtu (16/1) setempat, mereka sudah menjual hampir 75 senjata api.

Pengakuan Demonstran

Seperti dilansir media lokal AS, Austin American-Statesman, Senin (18/1/2021), para demonstran bersenjata itu berkumpul secara damai di luar pintu gerbang Gedung Capitol Texas di kota Austin, selama beberapa jam pada Minggu (17/1) waktu setempat.

Para demonstran bersenjata ini juga menegaskan mereka tidak mendukung aksi kerusuhan di Gedung Capitol AS di Washington DC, yang didalangi para pendukung Presiden Donald Trump. Beberapa demonstran bahkan mengaku tidak mendukung Trump ataupun Biden.

“Kami mengecam aksi mereka yang menyerbu Capitol (AS),” ucap salah satu demonstran bersenjata dari Waco, Kris Hunter, yang mengakui dirinya berunjuk rasa mendukung hak konstitusional termasuk hak memiliki senjata api.

Hunter menegaskan dirinya tidak ingin dikait-kaitkan dengan orang-orang yang menyerbu dan memicu kerusuhan di Gedung Capitol AS pada 6 Januari lalu. “Jika 6 Januari tidak terjadi, saya pikir kita akan melihat kerumunan yang jauh lebih besar di sini, tapi ada banyak kekhawatiran,” imbuhnya.

(sumber: detik.com)