2026, Prevalensi Stunting di Sulteng Ditargetkan Tinggal 11 %

PALU– Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Sulawesi Tengah (Sulteng) resmi dikukuhkan di Sriti Convention, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu, Rabu (8/6/2022).

Tim beranggotakan multi sektoral ini diharap mampu memutus mata rantai stunting yang mengkhawatirkan.

“Kita harapkan bersama dapat berkontribusi menurunkan prevalensi stunting di Sulawesi Tengah yang masih masuk dalam kategori 10 provinsi dengan angka stunting tinggi,” kata Asisten Administrasi Umum, Hukum dan Organisasi Pemerintah Provinsi Sulteng, Mulyono membacakan sambutan tertulis Gubernur Rusdy Mastura.

Sejalan dengan target Presiden Joko Widodo, prevalensi stunting nasional tinggal 14 % pada 2024, maka ikut mendorong penetapan target prevalensi Sulteng tinggal 11 % pada 2026.

“Selamat bertugas. Lakukan yang terbaik demi meningkatnya kualitas sumber daya manusia Sulawesi Tengah, terutama menyongsong hadirnya bonus demografi dan generasi emas 2045,” tuturnya.

Sementara itu, Kepala BKKBN RI, dr Hasto Wardoyo secara virtual menjelaskan, untuk mencegah stunting diantaranya dapat dilakukan dengan intens mengedukasi pasangan suami istri (pasutri) tentang jarak kehamilan.

Jarak kehamilan kurang dari 3 tahun atau jika ibu hamil lagi pada saat masih menyusui, kata mantan Bupati Kulon Progo ini cukup berisiko bagi anak yang lahir nanti terkena stunting.

Dia pun berharap semoga tim bekerja maksimal menurunkan stunting, sekaligus menjadi sahabat berkonsultasi bagi pasutri yang merencanakan kehamilan.

“Kami titipkan tim ini semoga bisa efektif dalam menurunkan stunting (di Sulteng),” kata dia berpesan.

Pada kesempatan yang sama ikut diluncurkan aplikasi deteksi stunting berkearifan lokal, e Pagassi, hasil kerjasama Dinas Pengendalian Penduduk dan KB (P2KB) dan LPPM Universitas Tadulako (Untad).

Tampak hadir Kadis P2KB Tuty Zarfiana, Kepala Perwakilan BKKBN Sulteng Tenny C Soriton, Kepala Bappeda Christina Shandra Tobondo, Wakil Rektor Untad Amar, dan unsur terkait. CAL

Komentar