BEIRUT– Pasukan Israel menembaki markas besar UNIFIL di Lebanon selatan, melukai dua pasukan penjaga perdamaian Indonesia.
UNIFIL, Pasukan Sementara PBB di Lebanon, mengatakan pada Kamis (10/10/2024) bahwa dua anggota pasukan penjaga perdamaian terluka ketika sebuah tank Israel menembaki sebuah menara pengawas di markas besar pasukan tersebut di kota perbatasan Naqoura, yang menyebabkan keduanya jatuh.
Setiap serangan terhadap pasukan penjaga perdamaian merupakan “pelanggaran berat terhadap hukum kemanusiaan internasional,” kata UNIFIL dalam sebuah pernyataan.
Organisasi penjaga perdamaian, yang terdiri dari sekitar 10 ribu pasukan dari 50 negara dan didirikan pada 1978 itu, mengatakan bahwa pasukan Israel telah “dengan sengaja” menembaki posisinya di sepanjang perbatasan. Berikut ini sejumlah respons negara mensikapi serangan Israel:
Prancis
Kementerian Eropa dan Luar Negeri Prancis mengutuk serangan tersebut dan mengatakan bahwa mereka sedang menunggu penjelasan dari Israel mengapa serangan itu terjadi.
“Prancis menyatakan keprihatinannya yang mendalam menyusul tembakan Israel yang mengenai [UNIFIL] dan mengutuk serangan apa pun terhadap keamanan UNIFIL,” kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.
“Perlindungan terhadap pasukan penjaga perdamaian merupakan kewajiban yang berlaku bagi semua pihak yang terlibat dalam konflik,” tambah pernyataan itu.
Spanyol
Kementerian Luar Negeri Spanyol menyebut serangan itu sebagai “pelanggaran berat terhadap hukum internasional”.
“Pemerintah Spanyol mengutuk keras tembakan Israel yang menghantam markas UNIFIL di Naqoura,” kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan, seraya menambahkan bahwa keamanan pasukan penjaga perdamaian ‘dijamin’.
Irlandia
Pemimpin Irlandia Simon Harris mengutuk serangan tersebut dan mengatakan bahwa “setiap penembakan di sekitar pasukan atau fasilitas UNIFIL merupakan tindakan yang sembrono dan harus dihentikan”.
Irlandia memiliki sekitar 370 tentara dalam misi penjaga perdamaian.
Turki
“Serangan Israel terhadap pasukan PBB, menyusul pembantaian terhadap warga sipil di Gaza, Tepi Barat dan Lebanon adalah manifestasi dari persepsi bahwa kejahatannya tidak dihukum,” kata Kementerian Luar Negeri Turki.
“Masyarakat internasional berkewajiban untuk memastikan bahwa Israel mematuhi hukum internasional,” kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.
Turki memiliki lima personel di markas besar UNIFIL dan berkontribusi pada Satuan Tugas Maritim UNIFIL dengan satu kapal korvet/fregat.
Uni Eropa
Kepala kebijakan luar negeri Josep Borrell mengatakan bahwa serangan terhadap pasukan penjaga perdamaian, yang posisinya sudah diketahui dengan baik, merupakan “tindakan yang tidak dapat diterima, yang tidak dapat dibenarkan”.
“Dua Helm Biru telah terluka dan ini tidak dapat diterima. Setiap serangan yang disengaja terhadap pasukan penjaga perdamaian merupakan pelanggaran berat terhadap Hukum Humaniter Internasional dan Resolusi 1701 DK PBB: Israel berkewajiban untuk menghormati keduanya. Akuntabilitas penuh diperlukan,” tulis Borrell di X.
Dia menegaskan kembali “dukungan penuh” Uni Eropa kepada UNIFIL.
Presiden Dewan Eropa Charles Michel mengatakan: “Serangan terhadap misi perdamaian PBB tidak bertanggung jawab, tidak dapat diterima dan itulah sebabnya kami menyerukan kepada Israel dan kami menyerukan kepada semua pihak untuk sepenuhnya menghormati hukum kemanusiaan internasional.”
China
Juru bicara kementerian luar negeri Mao Ning mengatakan pada hari Jumat bahwa Cina menyatakan “keprihatinan besar dan kecaman keras” terhadap “serangan militer Israel terhadap posisi dan pos pengamatan UNIFIL, yang mengakibatkan luka-luka pada personel UNIFIL”.
Kanada
“Kanada menyerukan perlindungan bagi pasukan penjaga perdamaian dan pekerja kemanusiaan, dan bagi semua pihak untuk mematuhi hukum kemanusiaan internasional,” kata Kementerian Luar Negeri Kanada dalam sebuah pernyataan.
Kanada, yang sebagian besar mendukung serangan militer Israel di Lebanon, mengatakan bahwa serangan terhadap pasukan penjaga perdamaian PBB “mengkhawatirkan dan tidak dapat diterima”.
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Jean-Pierre Lacroix, Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk operasi perdamaian, mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa “keselamatan dan keamanan” pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon “semakin terancam”.
Dia mengatakan bahwa kegiatan operasional hampir terhenti sejak 23 September, ketika Israel melancarkan gelombang serangan terhadap kubu-kubu Hizbullah di Lebanon.
“Pasukan penjaga perdamaian telah terkurung di pangkalan mereka dengan waktu yang cukup lama di tempat penampungan,” katanya, seraya menambahkan bahwa UNIFIL siap mendukung semua upaya menuju solusi diplomatik.
“UNIFIL diberi mandat untuk mendukung implementasi resolusi 1701, tetapi kami harus menegaskan bahwa para pihak harus mengimplementasikan ketentuan resolusi ini,” katanya dalam pertemuan darurat dewan yang beranggotakan 15 negara itu.
Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701 memberikan mandat kepada UNIFIL untuk membantu tentara Lebanon menjaga wilayah perbatasan selatannya dengan Israel bebas dari senjata atau personel bersenjata selain dari negara Lebanon.
Juru bicara UNIFIL Andrea Tenenti mengatakan kepada Al Jazeera bahwa serangan tersebut merupakan perkembangan yang “sangat serius”.
Tenenti menjelaskan bahwa Israel sebelumnya telah meminta pasukan penjaga perdamaian untuk pindah dari “posisi tertentu” di dekat perbatasan, namun “Kami memutuskan untuk tetap tinggal karena penting bagi bendera PBB untuk berkibar di bagian selatan Lebanon”.
“Jika situasinya menjadi tidak memungkinkan bagi misi untuk beroperasi di selatan Lebanon … akan tergantung pada Dewan Keamanan untuk memutuskan bagaimana melangkah maju,” katanya.
“Saat ini, kami tetap tinggal, kami mencoba melakukan apa pun yang kami bisa untuk memantau [dan] memberikan bantuan,” tambah Tenenti.
Indonesia
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengkonfirmasi pada hari Jumat bahwa dua pasukan penjaga perdamaian Indonesia telah terluka dalam serangan tersebut dan berada di rumah sakit untuk observasi lebih lanjut.
“Indonesia mengutuk keras serangan tersebut,” katanya. “Menyerang personil dan properti PBB adalah pelanggaran besar terhadap Hukum Humaniter Internasional.”
Indonesia, pengkritik keras Israel dan pendukung Palestina, memiliki sekitar 1.232 personel yang saat ini dikerahkan bersama UNIFIL di Lebanon.
Amerika Serikat
Gedung Putih “sangat prihatin” dengan laporan-laporan bahwa Israel menembaki markas penjaga perdamaian PBB di Libanon selatan, kata seorang juru bicara Dewan Keamanan Nasional.
“Kami memahami bahwa Israel sedang melakukan operasi-operasi yang ditargetkan di dekat Garis Biru untuk menghancurkan infrastruktur Hizbullah yang dapat digunakan untuk mengancam warga Israel,” ujar juru bicara tersebut.
“Sementara mereka melakukan operasi ini, sangat penting bahwa mereka tidak mengancam keselamatan dan keamanan penjaga perdamaian PBB.”
Italia
Menteri Pertahanan Italia Guido Crosetto menyebut serangan terhadap pangkalan UNIFIL itu “sama sekali tidak dapat diterima”.
“Ini bukan kesalahan dan bukan kecelakaan,” kata Crosetto dalam sebuah konferensi pers.
“Ini bisa menjadi kejahatan perang dan merupakan pelanggaran yang sangat serius terhadap hukum militer internasional,” katanya.
Dia menambahkan bahwa dia telah memanggil duta besar Israel untuk meminta penjelasan atas serangan tersebut.
(sumber: aljazeera/republika.co.id)
Komentar