PALU– Sulawesi Tengah (Sulteng) jadi salah satu daerah ‘beruntung’ yang mendapat insentif Result-Based Payment (RBP) output 2 dari Green Climate Fund (GCF) Reduce Emissions from Deforestation and forest Degradation (REDD+).
Dengan pemberian insentif ini diyakini Gubernur Rusdy Mastura akan dapat memotivasi semua pihak untuk makin proaktif menjaga hutan dan kelestarian alam Sulteng.
“Saya mengajak semua pihak termasuk pemerintah, sektor swasta, masyarakat dan organisasi nonpemerintah untuk bersinergi dan berkolaborasi dalam pelaksanaan program-program yang telah dirancang,” ajak Gubernur Rusdy dalam kegiatan peluncuran program RBP GCF REDD+ di sebuah hotel Jalan Wolter Monginsidi, Kota Palu pada Selasa (17/12/2024).
Dana insentif program sebesar Rp43,7 miliar akan diimplementasikan selama 24 bulan dengan pengelolaan kerjasama antara Pemerintah Provinsi Sulteng dan Kemitraan selaku lembaga perantara yang diberi amanah oleh Badan Pengelolaan Dana Lingkungan Hidup (BPDLH).
Menurut Direktur Utama BPDLH, Joko Tri Haryanto, Sulteng berhak mendapatkan manfaat dari dana karbon untuk menurunkan emisi gas rumah kaca dan mewujudkan tata kelola hutan lestari.
“Jadi dana karbon tidak lagi melayang-layang di udara tapi sudah membumi,” ujarnya bahwa insentif program ini dapat langsung diaplikasikan.
Sementara Hasbi Berliani dari lembaga Kemitraan menyatakan komitmen siap membantu pemerintah provinsi dalam pengelolaan dana insentif program REDD+.
“Program ini tidak statis tapi dinamis, sehingga jika ada perubahan dapat kita sesuaikan dengan persetujuan BPDLH,” bebernya mendeskripsikan program yang dikerjasamakan dengan pemda.
Dalam kesempatan itu, dia juga berterima kasih dan mengapresiasi Kadis Kehutanan Muhammad Neng yang memberikan salah satu ruangan di kantornya kepada lembaga Kemitraan guna menunjang kerja-kerja administrasinya.
“Kami berharap dukungan sebesar-besarnya mengingat dana yang dikelola cukup besar tapi personel kami terbatas hanya enam orang,” ungkapnya.
Turut menghadiri acara, Dirjen Perubahan Pengendalian Iklim Laksmi Dewanti dan Kepala Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu Titik Wurdiningsih. LAH
Komentar