GAZA– Israel dan Hamas akan melakukan pertukaran tahanan keempat dalam gencatan senjata Gaza pada hari Sabtu (1/2/2025). Kelompok pejuang Hamas akan membebaskan tiga tahanan Israel dengan imbalan 183 tahanan Palestina di penjara Israel.
“Jumlah tahanan terbaru yang akan dibebaskan besok adalah 183,” ujar juru bicara Masyarakat Tahanan Palestina Amani Sarahneh pada hari Jumat setelah sebelumnya mengumumkan 90 tahanan akan dibebaskan.
Kelompok advokasi tersebut menerbitkan dua daftar nama yang akan dibebaskan pada hari Sabtu. Yang pertama terdiri dari 72 tahanan yang ditangkap sebelum serangan yang dipimpin Hamas pada tanggal 7 Oktober 2023 di Israel.
Daftar kedua tahanan yang akan dibebaskan berisi 111 nama orang dari Gaza yang ditahan setelah serangan tersebut.
Dalam pernyataan sebelumnya di Telegram pada Jumat, sayap bersenjata Hamas, Brigade Qassam, menyebutkan tiga tawanan Israel yang akan dibebaskan sebagai warga negara Israel-Prancis Ofer Kalderon, warga negara Israel Yarden Bibas, dan warga negara Israel-Amerika Keith Siegel.
Bibas, 34 tahun, adalah ayah dari Kfir, yang berusia sembilan bulan ketika keluarganya dibawa oleh Hamas pada bulan Oktober 2023, dan Ariel yang berusia empat tahun saat itu. Belum ada konfirmasi dari Israel mengenai nasib Kfir, Ariel, atau ibu mereka, Shiri.
Namun Hamas mengatakan pada akhir tahun 2023 bahwa anak-anak dan ibu mereka tewas akibat pemboman Israel pada bulan-bulan awal perang Gaza. Siegel, yang saat ini berusia 50-an, ditawan bersama istrinya, Aviva, yang dibebaskan oleh Hamas dalam pertukaran tawanan pertama pada November 2023.
Kalderon, yang juga berusia 50-an, diculik Hamas bersama kedua anaknya, Erez dan Sahar. Anak-anak tersebut juga dibebaskan dalam pertukaran pertama itu.
Laura Khan dari Al Jazeera, melaporkan dari Amman, Yordania, karena Al Jazeera telah dilarang beroperasi di Israel, mengatakan kantor perdana menteri Israel mengatakan telah menerima dan menyetujui daftar tersebut.
Dia mengatakan pembebasan Bibas akan dipandang sebagai sesuatu yang sangat simbolis dan penting di Israel. “Dia menarik karena dua alasan. Salah satunya adalah ada titik kritis antara Israel dan Hamas dalam negosiasi ini, yaitu apakah akan membebaskan pria di bawah usia 50 tahun.
Awalnya, Hamas tidak ingin melakukan itu. Mereka ingin membebaskan warga sipil, wanita, dan pemuda terlebih dahulu, tetapi kemudian mereka memutuskan untuk (menyerah) pada titik itu,” ujar dia.
Dia mengatakan alasan kedua adalah Israel telah memperkirakan Bibas serta Siegel dan Kalderon akan dibebaskan lebih awal sebagai bagian dari fase pertama gencatan senjata, yang mulai berlaku pada 19 Januari.
“Namun, mereka belum dibebaskan, dan pasukan Israel telah mengatakan di masa lalu bahwa mereka khawatir tentang kesejahteraan mereka,” ujar Khan.
Berdasarkan ketentuan gencatan senjata Gaza, 33 tawanan yang ditahan Hamas di Gaza akan dibebaskan dalam enam pekan pertama gencatan senjata sebagai ganti ratusan tahanan Palestina, banyak di antaranya telah menjalani hukuman seumur hidup di Israel.
Sejauh ini, 15 tawanan yang ditahan di Gaza, termasuk lima pekerja Thailand, dan 400 tahanan Palestina telah dipertukarkan. Pada hari Kamis, Hamas membebaskan tiga warga Israel dan lima tawanan Thailand dan Israel membebaskan 110 tahanan Palestina setelah menunda proses setelah kerumunan orang menyerbu salah satu titik serah terima tawanan.
Melaporkan dari Jalan al-Rashid di Gaza, Tareq Abu Azzoum dari Al Jazeera mengatakan bagi banyak warga Palestina di Gaza, kembalinya para tahanan Palestina adalah “kemenangan yang sangat simbolis” yang melambangkan ketahanan.
Namun, dia mengatakan banyak orang terkejut dengan kekacauan yang terjadi saat pembebasan tawanan Israel pada hari Kamis.
“Ini termasuk pembebasan Arbel Yehud, yang dikritik karena sama sekali tidak terorganisir dan tidak memiliki martabat yang diharapkan selama momen-momen sensitif seperti itu,” ungkap dia.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah menuai kritik di negaranya karena tidak menyegel kesepakatan tawanan-tahanan di awal perang setelah kegagalan keamanan yang memungkinkan para pejuang yang dipimpin Hamas menerobos batas Gaza-Israel dan menyerbu komunitas Israel di dekatnya.
Namun, ada juga penentangan terhadap kesepakatan saat ini, yang menurut beberapa kritikus di Israel membuat nasib sebagian besar tawanan menjadi tidak menentu dan Hamas masih berdiri sebagai entitas dominan di Gaza.
(sumber: sindonews.com)
Komentar