Keturunan Pendiri NU Soroti Pencalonan Ma’ruf Amin di Pilpres 2019

2e9fa31d-4a93-4e32-82e4-54bfa3e42bf7_169
Foto: Enggran Eko Budianto

SultengTerkini.Com, JOMBANG– Sebanyak 36 keturunan pendiri NU serta sejumlah ulama Jatim dan Jateng menggelar pertemuan untuk menyoroti majunya mantan Rais Aam PBNU KH Ma’ruf Amin sebagai cawapres di Pilpres 2019. Pertemuan ini mencetuskan keinginan mereka untuk menjaga netralitas NU.
Pertemuan digelar di Ndalem Kasepuhan Pondok Pesantren (PP) Tebuireng, Jombang pada Rabu (24/10) lalu selama 5 jam.

Dari keturunan pendiri NU, yang hadir di antaranya adalah Pengasuh PP Tebuireng KH Salahuddin Wahid atau Gus Solah, KH Abdul Hasib Wabab dari PP Tambakberas, KH Agus Sholahul Am Wahib Wahab, dan KH Najih Maimun Zubair dari Rembang, Jawa Tengah.

Namun diskusi para tokoh ini digelar secara tertutup. Hasil dari keputusan ini kemudian tersebar melalui video di media sosial Facebook.

Dalam video itu terlihat juru bicara pertemuan tersebut, Choirul Anam menyampaikan tiga keputusan yang disepakati dalam pertemuan itu.

Terkait video yang tersebar di media sosial, Choirul pun membenarkan jika itu adalah video hasil pertemuan.

“Betul. Kalo ada yang bantah tolong kasih tahu saya. Nanti akan saya jelaskan semua,” kata Anam saat dikonfirmasi detikcom, Minggu (28/10/2018).

Dalam video tersebut, pria yang akrab disapa Cak Anam itu mengatakan para ulama keturunan pendiri NU meminta agar ormas terbesar di Indonesia itu untuk kembali ke semangat perjuangan pada lahirnya NU di tahun 1926.

“Dzurriyah (keturunan pendiri NU) tetap meminta NU berdiri tegak di atas khittah 1926, seperti yang diputuskan dalam Muktamar ke 26 di Semarang tahun 1979, dipertegas lagi di Muktamar ke 27 di Situbondo tahun 1984,” kata Anam kepada wartawan usai halaqah.

Dengan kembali ke khittah 1926, lanjut Anam, NU tak akan mencampuri maupun terlibat dalam politik praktis, politik kepartaian maupun perebutan kekuasaan.

“Yang ketiga, warga NU bebas menentukan pilihan, tapi tetap berpegang teguh pada sembilan pedoman politik warga NU yang dikeluarkan di Muktamar ke 28 di Krapyak tahun 1989,” terangnya.

Anam juga menjelaskan, sejak NU berdiri, tak ada seorang pun Rais Aam yang tergoda terjun dalam kancah politik sebab NU memang tegas melarang seorang Rais Aam mencalonkan diri maupun dicalonkan dalam jabatan politik.

“Nah Kiai Ma’ruf Amin ini bukan tergoda ya, berminat menjadi cawapres, tapi itu bukan kemauan NU. Karena NU melarang. Itu kemauan pribadi yang harus kita hormati dan kita hargai,” ungkapnya.

Kendati begitu, Anam meminta Ma’ruf Amin tak membawa nama NU untuk keperluan Pilpres 2019. “Mohon maaf, jangan sekali-kali membawa jam’iyah NU sebagai lembaga maupun institusi. Karena itu kemauan pribadi Kiai Ma’ruf,” tegasnya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Komite Khittah NU 1926 KH Agus Sholahul Am Wahib Wahab menampik jika halaqah 36 ulama ini untuk menggembosi pencalonan Ma’ruf Amin di Pilpres 2019.

“Kami tak bermaksud begitu. Kami ingin meluruskan bahwa NU kembali ke khittah 1926,” tandasnya.

(sumber: detik.com)

Komentar