SultengTerkini.Com, PALU– Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia menyalurkan bantuan peralatan kerja bagi jurnalis yang menjadi korban bencana di Kota Palu, Sulawesi Tengah, Ahad (13/1/2019).
Bantuan itu merupakan kerja sama AJI Indonesia dan Canal France International (CFI) Media Development Francis sebagai upaya recovery bencana.
Bantuan itu diberikan kepada sejumlah jurnalis media cetak dan online yang kebetulan menjadi anggota AJI Palu.
Bantuan berupa 13 unit laptop, lima unit kamera dan enam unit telepon genggam tersebut diserahkan langsung Pengurus AJI Indonesia, Mustakim didampingi Ketua AJI Palu, Muhammad Iqbal di Sekretariat AJI Palu.
Ketua AJI Palu, Muhammad Iqbal menyatakan selain sebagai program recovery, bantuan itu diharapkan dapat menunjang kerja kerja jurnalis di lapangan. Penerima bantuan menurutnya terpilih setelah melalui proses asesmen yang cukup panjang.
“Asesmen untuk menentukan penerima ini kita lakukan kurang lebih sebulan lamanya,” kata Iqbal.
Namun demikian, kata Iqbal, penerima bantuan nantinya diminta berkontribusi dalam bentuk karya tulisan menyangkut proses penanganan bencana di Sulteng yang tengah berjalan.
“Karena menulis adalah keahlian kita bersama. Ini kewajiban penerima bantuan yang akan diikat dalam kontrak,” jelasnya.
Sementara itu, Mustakim dalam arahannya menyebut, AJI Indonesia pada dasarnya tetap akan mensupport AJI Palu pascabencana.
Salahsatu support itu dilaksanakan dengan bantuan peralatan kerja jurnalis.
“Distribusi bantuan ini merupakan support secara kelembagaan,” sebutnya.
Jauh sebelumnya, AJI Indonesia kata dia juga telah memberi dukungan dengan membuka redaksi Kabar Sulteng Bangkit.
Tujuannya untuk mengakomodir para jurnalis yang belum dapat bekerja lantaran medianya belum beroperasional paska bencana.
“Perhatian AJI Indonesia bahkan kita berikan sehari paska bencana. Sebenarnya kita ingin bantu lebih banyak, tapi anggarannya terbatas,” katanya.
Bantuan peralatan kerja itu menurut dia, diharap bisa membangkitkan semangat jurnalis Palu dalam bekerja, khususnya dalam mengawal kebijakan-kebijakan pemerintah dalam hal penanganan bencana, utamanya memasuki tahap rehabilitasi dan rekonstruksi nanti.
Apalagi sejauh ini, porsi berita terkait kebencanaan dan penanganan mulai berkurang ketimbang berita dengan isu yang sifatnya lebih umum.
Bahkan cenderung lebih memperkuat porsi pemerintah. Padahal katanya masih banyak informasi yang perlu dikembangkan, utamanya dari persepsi korban bencana.
“Bantuan itu lebih kepada penguatan pengawasan proses rehabilitasi dan rekonstruksi,” jelasnya.
Mustaqim menjelaskan, pengawasan proses rehabilitasi dan rekonstruksi paska bencana teramat penting dilakukan. Sepanjang yang diketahuinya pengawasan itu masih minim dilakukan.
Jauh lebih penting ujar dia jurnalis tetap bekerja dan mengawasi segala kebijakan terkait penanganan bencana.
Minimnya pengawasan, sering kali menyebabkan penyelewengan anggaran serta distribusi bantuan yang tidak tepat sasaran.
“Ibaratnya kita memberi kail bukan ikan, sehingga kawan-kawan bekerja dengan baik agar Palu dan masyarakatnya bisa bangkit bersama. Pemerintah pun juga dapat bekerja dalam pemulihan,” jelasnya.
Terkait karya yang diwajibkan pada penerima, menurut Mustaqim hal itu sebenarnya untuk membuktikan komitmen jurnalis dalam mengoptimalkan peralatan tersebut.
“Semoga bermanfaat bagi jurnalis dan masyarakat secara umum, tapi ingat, jangan dijual!,” pungkas Mustaqim. HMD
Komentar