SEJUTA keanekaragaman tumbuhan yang dimiliki oleh ibu pertiwi ini tersirat banyak sekali manfaat yang tentunya membuat banyak spesies-spesies spesial tersebut menjadi emas hijau.
Salah satunya yang tumbuh di Sulawesi ialah pohon Eboni atau yang biasa disebut dengan pohon kayu hitam (black eboni).
OLEH: JESIKA SEPTININGSIH*)
Pohon Eboni ini merupakan salah satu tumbuhan lokal atau tumbuhan endemik yang ada di Sulawesi. Pohon Eboni adalah spesies Diospyros Celebica Bakh yang dapat dijumpai di Sulawesi Tengah, terutama kawasan Parigi, Donggala, Poso, Sulawesi Selatan tepatnya di daerah Maros, Sulawesi Barat di daerah Mamuju.
Menurut Samagian (1982) pohon yang masuk dalam family Ebenaceae ini memiliki morfologi dengan ketinggian hingga 40 meter, serta batang cabang hingga 23 meter dengan diameter 117 cm serta memiliki akar banir dengan ukuran 4 meter.
Pohon Eboni ini tumbuh dengan batang yang tegak lurus ke atas.
Pohon eboni memiliki kayu dengan kemewahan luar biasa yang tak tertandingi dengan kayu sudah familiar didengar yaitu kayu jati.
Kayu Eboni memiliki warna coklat gelap dan kehitaman mengelupas kecil-kecil serta ada beberapa eboni dengan warna hitam dengan berbelangkan kemerahan serta memiliki corak yang indah.
Daun dari pohon Eboni adalah tipe daun tunggal yang memiliki susunan yang selang-seling serta memiliki daun memanjang, memiliki ujung daun runcing dan memiliki permukaan atas mengkilap serta berwarna hijau tua.
Pohon Eboni juga memiliki bunga tumbuh secara berkelompok pada ketiak daun dan memiliki warna putih.
Kayu Eboni memiliki tekstur halus dan memiliki arah serat kayu lurus walaupun ada juga yang sedikit berpadu, kayu eboni juga memiliki permukaan licin.
Pohon dengan kayu yang eksotis ini dapat ditemukan pada daerah dengan suhu sekitar 26,5, dengan kelembaban 83%, serta curah hujan tahunan sekitar 2.689 mm/tahun.
Menurut klasifikasi Schmidt Ferguson, hal tersebut yang menyebabkan pohon Eboni didapatkan pada daerah dataran tinggi.
Pohon Eboni ini berkembang biak dengan cara biji yang jatuh ada di sekitar pohon induk dan kemudian akan tumbuh menjadi anakan Eboni, sehingga pada umumnya sering dijumpai banyak di bawah pohon induknya.
Eboni biasanya dimanfaatkan sebagai bahan untuk patung, ukiran, souvenir atau hiasan-hiasan dinding, namun ada pula yang memanfaatkannya sebagai alat musik karena memiliki suatu kriteria yang dapat digunakan dalam membuat alat musik yakni serat kayunya searah dan juga didukung dengan corak kayunya searah pula.
Tak hanya di Indonesia, Jepang juga merupakan salah satu tujuan utama dalam mengekspor kayu Eboni dengan anggapan bahwa ketika orang Jepang memakai kayu Eboni sebagai perabotan rumah tangganya maka hal itu dapat menaikkan status sosialnya.
Sangat berbeda dengan pasaran Eboni di Sulawesi Tengah yang lebih dikenal dalam bentuk barang atau souvenir.
Begitu mewahnya Eboni, sehingga permintaan pasar terhadap kayu eksotis ini sangatlah tinggi walaupun memiliki harga pasar cukup mahal dan menjadi sesuatu yang diincar-incar setiap insan mengakibatkan maraknya terjadi illegal logging serta penyelundupan ke luar negeri serta mengingat untung dapat diperoleh cukup besar.
Salah satu faktor mendukung terjadinya hal tersebut adalah lemahnya pengawasan serta banyaknya oknum yang dalam hal ini disebut “bermain” dalam perdagangan ilegal komoditi.
Tingginya permintaan terhadap kayu Eboni tidak diseimbangkan dengan tingkat keberhasilan dalam hal membudidayakan kayu eksotis ini yang membuat populasi Eboni semakin menurun, sehingga mengakibatkan sulitnya kayu tersebut ditemukan bahkan faktor lain mempengaruhi adalah ekploitasi dilakukan secara berlebihan oleh beberapa kelompok orang yang terpaku dan terhipnotis pada laba ataupun terhadap materi, sehingga tidak memperdulikan kelanjutan populasi tanaman ini di masa akan datang.
Banyak kegagalan terhadap usaha yang dilakukan dalam hal melindungi serta melestarikan jenis Eboni dari keterbatasannya di alam ini dengan usaha konservasi in-situ, pada areal bekas tebangan sering ditemukan anakan Eboni, namun ditinggal pergi begitu saja tanpa memberikan hasil apa-apa oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab.
Kurangnya keberhasilan dalam penambahan populasi dan eksistensi dari pohon Eboni yang memiliki kayu mewah ini diduga kurangnya pengetahuan mengenai sifat ekologis dimiliki oleh Eboni.
Sagala (1994) mengemukakan bahwa terdapat 1.000.000 hektar hutan eboni yang tersebar di Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara.
Seluas 100.000 hektar tersebar di Donggala dan Poso, Sulawesi Tengah.
Dalam penyebarannya, di Provinsi Sulawesi Tengah masing-masing 700.000 hektar serta 100.000 dan 50.000 hektar tersebar di Mamuju dan Luwu, Sulawesi Selatan.
Menurut Muhammad Asdar et al (2015), sebaran pohon Eboni yang ada di Sulawesi Tengah sangat sulit untuk ditemukan lagi.
Populasi yang tersisa pada umumnya hanyalah ditemukan pada areal yang dilindungi, pada tanaman masyarakat maupun di sela-sela kebun.
Dengan demikian bagaimana respon kita sebagai penerus dalam pelestarian pohon yang menghasilkan kayu dengan kualitas yang tinggi ini? Pohon Eboni ini merupakan salah satu emas hijau yang dimiliki oleh negara kepulauan Indonesia yang harus dan wajib dipertahankan.
Untuk itu penting melestarikan tanaman yang satu ini dengan tidak melakukan illegal logging yang hanya menguntungkan diri sendiri dengan untung dari penjualan kayu yang mewah ini.
Banyaknya populasi pohon dengan kayu berkualitas tinggi ini dapat menjadi warisan yang sangat mahal untuk masa depan anak cucu kita kelak.
*) Penulis adalah Mahasiswi Fakultas Bioteknologi Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta
Komentar