September 2018, Jumlah Penduduk Miskin di Sulteng Menurun

photo6192620440673954098
KEPALA Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tengah Faizal Anwar (kiri) saat menjelaskan tentang profil kemiskinan di wilayahnya pada September 2018 kepada sejumlah jurnalis di kantornya, Selasa (15/1/2019). FOTO: ICHAL

SultengTerkini.Com, PALU– Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan) di Sulawesi Tengah (Sulteng) mencapai 413,49 ribu orang (13,69 persen) berkurang sebesar 6,72 ribu orang dibandingkan dengan kondisi Maret 2018 sebesar 420,21 ribu orang (14,01 persen).

Hal ini disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulteng Faizal Anwar saat jumpa pers di kantornya, Selasa (15/1/2019).

Angka kemiskinan di Sulteng dirilis dua kali dalam setahun yaitu Maret dan September, yang data dasarnya diambil dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas).

Ia mengatakan, perlu diingat kembali di angka tersebut adalah angka per jiwa (satuan orang) dan bukan angka satuan keluarga, sehingga untuk menghitung per keluarga tinggal mengali jumlah anggota rumah tangga dalam keluarga tersebut.

“Dan Gini Ratio Sulawesi Tengah adalah 0,317 (skala 0 s.d. 1), yang menurun -0,028 dari bulan Maret 2018,” kata Faisal Anwar yang saat itu didampingi Kepala Bidang Statistik Sosial, Mohammad Wahyu Yulianto.

Sementara itu, Mohammad Wahyu Yulianto menambahkan, angka kemiskinan Sulteng dan Gini Ratio yang datanya diambil dari hasil Susenas di daerah perkotaan pada September 2018 sebesar 0,31 persen turun dibanding gini ratio September 2018 yang sebesar 0,67 persen dan gini ratio Maret 2018 yang sebesar 0,70 persen di daerah perdesaan gini ratio pada September 2018 sebesar 0,280 persen, turun dibanding gini ratio September 2018 yang sebesar 0,313 persen dibanding gini ratio Maret 2018 yang sebesar 0,307 persen.

Selain itu pada September 2018, distribusi pengeluaran pada kelompok 40 persen terbawah adalah sebesar 20,95 persen. Artinya pengeluaran penduduk masih berada pada kategori tingkat ketimpangan rendah.

Jika dirinci menurut wilayah, di daerah perkotaan angkanya tercatat sebesar 19,25 persen, sementara untuk daerah perdesaan angkanya tercatat sebesar 22,83 persen.

Tingkat ketimpangan baik maupun di perdesaan berada pada kategori rendah. Hal itu dipicu beberapa faktor yang terkait dengan tingkat kemiskinan selama periode Maret 2018-September 2018 antara lain khususnya pada Maret-September 2018 terjadi inflasi sebesar 1,82 persen.

Rata-rata pengeluaran per kapita/bulan untuk rumah tangga yang berada di 40 persen lapisan terbawah selama periode Maret 2018 -September 2018 tumbuh 1, 80 persen. Turunnya mencapai 1,13 persen.

Sementara harga-harga komoditi pada September 2018 dibanding Maret 2018. Harga beras, gula pasir, cakalang masing-masing mengalami penurunan. Komoditi-komoditi tersebut merupakan komoditi-komoditi yang memberi pengaruh besar terhadap garis kemiskinan 2018.

“Dalam mengukur tingkat kemiskinan ini kami menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung headcount index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk,” kata Mohammad Wahyu Yulianto. SAH

Komentar