SultengTerkini.Com, PALU– Pascagempa Perekonomian di Sulawesi Tengah (Sulteng) relatif naik 0,55 Persen. Hal itu dikemukakan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulteng Faisal Anwar saat memberikan keterangan pers di kantornya Jalan Muhammad Yamin, Kota Palu, Rabu (6/2/2019).
Faizal mengatakan, perekonomian Sulteng di triwulan empat pascagempa dahsyat relatif masih naik 0,55 persen dibandingkan dengan triwulan ke tiga.
Bahkan jika dibandingkan dengan tahun 2017 di triwulan empatnya lebih tinggi sampai dengan 2,19 persen.
“Kita biasanya naik dua sampai tiga persen, kali ini hanya 0,55 persen,” ujar Faizal Anwar.
Ia mengakui, pada sektor pertanian, khususnya hortikultura memang mengalami penurunan, tetapi yang mendongkrak adalah sektor industri mencapai sekitar 2 sampai 3 persen, sehingga sampai dengan triwulan 4 2018, Sulteng masih mengalami sedikit peningkatan dibawah 1 persen.
“Di sektor ekspor kita cukup meningkat di triwulan keempat,” katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Sulteng, Rukhedi mengatakan, sejauh ini sebagian pihak berpikir perekonomian Sulteng mengalami penurunan, tetapi faktanya tidak.
Ia mengatakan, tahun 2018 ekonomi Sulteng tumbuh sebesar 6,3 persen dibanding dengan tahun 2017.
“Yang mengalami kerusakan (pascagempa) memang benar, banyak tempat yang mengalami kerusakan. Yang berubah total adalah kapital stok modalnya, tapi dari sisi perekonomian ada dampaknya, tapi tidak begitu besar. Misalnya ada rumah rusak itu dari sisi konstruksi tidak pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB),” katanya.
Rukhedi menuturkan, perekonomian Sulteng tahun 2018 diukur berdasarkan atas dasar harga berlaku mencapai Rp 150,64 triliun dan atas dasar harga 2010 mencapai Rp 103,62 triliun.
Ekonomi Sulteng tahun 2018 (c-to-c) tumbuh 6,30 persen, melambat jika dibandingkan tahun 2017 sebesar 7,10 persen.
Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha administrasi pemerintah.
Dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen impor barang dan jasa sebesar 125,41 persen.
“Ekonomi Sulteng triwulan IV 2018 bila dibandingkan triwulan IV 2017 (y-on-y) tumbuh besar 5,37 persen lebih lambat bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 9,12 persen,” katanya.
Dari sisi produksi katanya, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 18,05 persen.
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen impor barang dan jasa sebesar 17,92 persen.
Pertumbuhan ekonomi menurut pengeluaran triwulan IV 2018 (y-on-y) untuk impor sebesar 175,92 persen, pengeluaran konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) 39,14 persen, ekspor 29,01 persen.
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 5,78 persen, pengeluaran konsumsi pemerintah 1,01 persen, dan pengeluaran konsumsi rumah tangga 0,52 persen.
Sementara pertumbuhan ekonomi menurut pengeluaran IV 2018 (q-to-q) impor 223,82 persen, pengeluaran konsumsi LNPRT 28,66 persen, PMTB 14,98 persen, pengeluaran konsumsi pemerintah 13,24 persen, ekspor 3,43 dan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 5,31 persen.
Dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Sulteng triwulan IV tahun 2018 (q-to-q), maka impor merupakan komponenj dengan sumber pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar 37.24 persen, diikuti komponen PMTB sebesar 6,06 persen.
“Pertumbuhan impor didorong oleh peningkatan impor besi dan baja sebesar 343,33 persen dari U$ 112,98 juta pada triwulan III 2018 menjadi U$ 500,89 juta pada triwulan IV 2018,” pungkasnya. SAH
Komentar