SultengTerkini.Com, PALU– Saat ini Indonesia adalah negara nomor dua terbesar di dunia sebagai penyumbang sampah plastik.
“Indonesia nomor dua, nomor satu Cina,” kata Ketua Umum Bhayangkari, Tri Tito Karnavian dalam sambutannya saat menghadiri peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) di depan Markas Direktorat Lalu Lintas Polda Sulteng, Jalan Raja Moili, Kota Palu, Kamis (21/2/2019).
Ia mengatakan, negara Cina dengan masyarakatnya yang lebih dari satu miliar itu lebih sedikit penggunaan sampahnya.
Tetapi Indonesia lebih tinggi, dimana tiap orang membuang sampah, baik itu sampah organik dan non organik.
Ia menjelaskan, sampah organik adalah sampah yang bisa terurai dan hancur sendiri dalam waktu singkat. Tetapi sampah non organik katanya, seperti plastik, kaca dan lain-lain itu hanya bisa terurai selama 400 tahun.
Tri mengatakan, jika warga membuang sampah plastik pada sembarang tempat itu, akan terurai dalam waktu lama yakni 400 tahun baru bisa hancur.
Menurutnya, sampah plastik itu ketika terurai itu belum sepenuhnya hancur, tetapi membentuk butir-butir kecil yang disebut dengan mikro plastik.
“Mikro plastik inilah yang akan mencemari laut, air di darat dan juga termakan oleh hewan-hewan,” kata istri Kapolri Jenderal Tito Karnavian itu.
Ia mengatakan, mikro plastik itu sangat berbahaya bagi kehidupan manusia karena mengandung bahan-bahan beracun, yang akhirnya jika terkonsumsi dalam tubuh itu tidak akan terurai, dan itulah salah satu penyebab munculnya penyakit kanker.
Maka dari itu kata Tri, penting bagi manusia agar sadar menggunakan plastik sekali pakai.
“Plastik sekali pakai itu misalnya botol kemasan, kantong-kantong kresek, dan lain-lain,” katanya.
Dirinya tidak melarang warga untuk menggunakan plastik, tetapi harus sadar setelah menggunakannya.
Ia menambahkan, kegiatan ini tidak sekadar membersihkan sampah di pantai dan daerah di sekitarnya saja, melainkan waktu pulang nanti di rumah, harus memulai memperlakukan sampah plastik dengan benar yakni memilahnya, tidak bercampur sampah-sampah rumah tangga, bekas makanan ataupun bekas sayuran yang bisa hancur.
Sementara itu sebelumnya, Kapolda Sulteng Brigjen Polisi Lukman Wahyu Hariyanto dalam sambutannya mengatakan, aksi bersih-bersih pantai ini dilakukan dalam rangka memperingati HPSN tahun 2019.
Kapolda Lukman Wahyu menjelaskan, peringatan HPSN ini dipicu oleh terjadinya tragedi longsor sampah di Leuwigajah, Jawa Barat pada 21 Februari 2005.
Ia mengatakan, longsoran gunungan sampah tersebut menelan lebih dari dari 150 jiwa.
Mayoritas korban adalah penduduk di sekitar tempat pembuangan akhir yang bekerja sebagai pemulung, sehingga kemudian dinyatakan sebagai bencana lingkungan.
“Sejak itulah setiap tanggal 21 Februari diperingati sebagai Hari Peduli Sampah Nasional,” kata mantan Wakapolda Kalimantan Timur itu.
Adapun tema peringatan HPSN tahun ini adalah “kelola sampah untuk hidup bersih, sehat dan bernilai.
Kerja bakti dalam rangka memperingati HPSN tahun 2019 di Palu yang dihadiri Ketua Umum Bhayangkari Pusat itu tidak hanya berlangsung di Pantai Talise, tetapi juga di Kelurahan Petobo.
Selain kerja bakti, Tri Tito Karnavian yang didampingi Ketua Bhayangkari Daerah Sulteng Yanti Lukman Wahyu juga memberikan bantuan dan trauma healing bagi korban gempa, tsunami dan likuefaksi di pengungsian Kelurahan Petobo, Kota Palu. CAL
Komentar