Gubernur Sulteng: Saya Mau Menangis Lihat Kerja Basarnas Tangani Korban Gempa

WhatsApp Image 2019-02-28 at 13.14.55
GUBERNUR Sulawesi Tengah Longki Djanggola memeriksa pasukan dalam upacara HUT Basarnas ke 47 di halaman kantor gubernur setempat, Jalan Ahmad Yani, Kota Palu, Kamis (28/2/2019). FOTO: ICHAL

SultengTerkini.Com, PALU– Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola mengucapkan terima kasih kepada Basarnas dan jajarannya yang telah bekerja luar biasa dalam menangani korban bencana gempa, tsunami dan likuefaksi di wilayah Kota Palu, Kabupaten Sigi, Donggala dan Parigi Moutong pada 28 September 2018 lalu.

Gubernur Longki juga salut atas kinerja Basarnas karena keberadaan dan eksistensinya, sehingga bisa meredam amarah masyarakat di wilayahnya.

Ia mengatakan, walaupun sudah dimaki, dicaci dan segala macamnya, tetapi personel Basarnas tetap tangguh bertugas di lapangan.

“Saya mau nangis melihat (Basarnas) di lapangan, karena saya juga lihat bagaimana kerja-kerja mereka, pagi, siang panas, malam, luar biasa. Dengan peralatan yang serba terbatas, tenaga terbatas kemudian masalah yang begitu kompleks, saya kira semua harus mengacungkan jempol buat Basarnas. Olehnya saya ucapkan banyak terima kasih,” kata Gubernur Longki Djanggola kepada sejumlah jurnalis usai memimpin Upacara HUT Basarnas ke 47 di halaman kantor gubernur setempat, Jalan Ahmad Yani, Kota Palu, Kamis (28/2/2019).

Untuk itu gubernur berharap kedepan Basarnas pelan-pelan dapat melengkapi peralatan kerja yang serba terbatas itu.

“Kalau memang ada yang perlu dukungan dari pemerintah daerah, kita bisa saling membantu,” tutur Longki Djanggola yang menjabat Gubernur Sulteng dua periode itu.

Kepala Basarnas Palu, Basrano yang mendampingi Gubernur Longki Djanggola kepada sejumlah jurnalis mengakui kekurangan personel dan keterbatasan peralatan kerja tersebut.

Ia mengatakan, jika melihat wilayah Sulteng yang begitu luas, saat ini Basarnas baru menempatkan personel di Kota Palu sebanyak 41 orang.

Selain itu personel Basarnas lainnya ada di Luwuk lima orang, Tolitoli lima orang, Morowali lima orang, dan Parigi lima orang.

Melihat kondisi itu Basrano mengakui personel Basarnas Palu memang relatif masih sangat minim.

Secara nasional katanya, Basarnas masih kekurangan personel mencapai 7.000 orang.

Idealnya kata Basrano, dalam satu pos atau unit di luar Kota Palu itu minimal ada tiga tim, sementara satu tim itu berjumlah 12 orang.

“Jadi kalau dihitung itu ada 80 sampai 90 orang yang kurang personel untuk membackup kerja Basarnas di Sulteng,” kata orang pertama di Basarnas Palu itu.

Sementara itu, dalam sambutan Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan Marsdya TNI Bagus Puruhito yang dibacakan Gubernur Longki mengatakan, tantangan tim SAR kedepan begitu kompleks.

Ia menuturkan, eskalasi maupun kuantitas kecelakaan, bencana, dan kondisi membahayakan manusia merupakan konsekuensi logis dari kondisi geografis, geologis, hidrografis, serta culture masyarakat.

Karena itu ia mengajak seluruh komponen masyarakat untuk membangun budaya SAR dengan dilandasi semangat gotong royong.

“Dengan budaya SAR, kita berharap jatuhnya korban saat terjadi musibah dapat kita minimalisir bersama-sama,” katanya.

Disisi lain katanya, sebagai insan SAR, pihaknya harus senantiasa siap, siap, dan siap saat tugas itu memanggil. Dengan semangat kebersamaan, ia berharap pelayanan SAR di tanah air dapat berjalan cepat, prima, dan terpadu.

“Semoga di hari ulang tahun ke 47 ini, Basarnas bersama potensi SAR semakin memiliki ikatan silaturahmi yang erat dan mampu membuktikan eksistensinya dalam pelaksanaan operasi, baik di dalam maupun di luar negeri,” katanya. CAL

Komentar