SultengTerkini.Com, SIGI– Yayasan Plan International Indonesia (YPII) bekerjasama dengan IBU Foundation sebagai mitra meresmikan Ruang Ramah Anak (RRA) di Desa Sibalaya Utara, Kecamatan Tanambulava, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah (Sulteng), Kamis (28/3/2019).
Manajer Program YPII, Wahyu Kuncoro mengatakan, RRA ini adalah satu dari 20 RRA yang dibangun oleh YPII di wilayah Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala.
Ia mengatakan, dampak gempa dan tsunami Sulteng pada 28 September 2018 telah mengakibatkan berbagai kerusakan, baik secara infrastruktur maupun non fisik.
Berdasarkan laporan data bencana yang dikeluarkan oleh Pusat Data dan Informasi per Desember 2018, terdapat 333 titik pengungsian, 164.626 jika atau 50.422 kepala keluarga pengungsi, dengan korban 2.227 jiwa yang meninggal dunia, 965 hilang, 2.537 jiwa terluka.
Tidak terkecuali anak, dimana seringkali anak perempuan dan laki-laki menjadi bagian yang terabaikan.
Padahal katanya, banyak anak perempuan dan laki-laki yang menderita tekanan emosional, yang diperburuk oleh gempa susulan berturut-turut.
Keluarga telah tidur di ruang terbuka dengan perlindungan dan privasi terbatas.
Menurut Wahyu, pembangunan RRA ini merupakan bagian dari program perlindungan anak dan remaja dalam situasi darurat yang bertujuan untuk memberikan ruang yang ramah bagi 3.178 anak dan remaja yang terdampak dan agar mereka dapat berekspresi dan beraktivitas dalam kegiatan psikososial yang juga difasilitasi oleh YPII dan IBU Foundation.
“YPII telah memfasilitasi kebutuhan anak-anak dan remaja agar tersedianya tempat yang aman bagi mereka dalam berkreasi dan beraktivitas karena setiap anak wajib dilindungi hak-haknya untuk bebas berekspresi dan berkarya,” katanya kepada sejumlah jurnalis, Kamis (28/3/2019).
Ia mengatakan, YPII dan mitranya turut melibatkan masyarakat dalam proses pembangunan ruang berkonstruksi kayu tersebut.
“Kita menggunakan konstruksi kayu dengan pertimbangan agar tahan gempa,” katanya.
Tidak hanya membangun RRA, YPII dan mitra juga memfasilitasi 23 RRA keliling dan melatih 42 komunitas anak dan kaum muda di 26 desa dampingan untuk dapat mengisi kegiatan psikososial di RRA dengan aktivitas yang kreatif dan menyenangkan seperti menari, bernyanyi mengaji dan aneka lomba kreatif.
“Kegiatan peningkatan kapasitas terkait perlindungan hak-hak anak dan remaja juga diberikan kepada 341 fasilitator masyarakat di Palu, Sigi, dan Donggala,” tuturnya.
Selain program perlindungan anak, hingga akhir Maret 2019, YPII juga telah melakukan serangkaian kegiatan tanggap darurat lainnya seperti pembangunan 93 ruang belajar sementara, melatih 631 guru dan profesional.
Kemudian, pendistribusian paket hunian sementara yang terdiri dari terpal, selimut, tali, tikar, paket kebersihan, perlengkapan sekolah dan pemberian bantuan non tunai. CAL
Komentar