SultengTerkini.Com, PALU– Gubernur Sulawesi Tengah (Sulteng) Longki Djanggola meminta kepada Menteri Kesehatan (Menkes) RI terkait anggaran eliminasi schistosomiasis di wilayahnya untuk menangkap tikus.
“Misalnya dana yang dikucurkan ada Rp15 miliar. Daripada habis dalam program, mendingan ditangani pemerintah daerah setempat untuk menangkap tikus,” katanya saat membuka Sosialisasi dan Advokasi Pengendalian Schistosomiasis Tahun 2019, di salah satu hotel Jalan Malonda, Selasa (9/4/2019).
Tikus yang ditangkap nantinya dihargai sekitar Rp10 ribu per ekor. Kemudian dibayarkan langsung melalui kepala desa atau pemerintahan daerah setempat, lalu dimusnahkan.
Permintaan itu dinilai sedikit unik, akan tetapi, bagi Longki pola itu perlu diterapkan.
“Tidak ada cara lain, ini satu-satunya cara membasmi tikus. Tidak apa-apa, nanti kita pertanggungjawabkan,” ungkapnya.
Melalui pola seperti itu, diyakini bisa mempercepat eliminasi schistosomiasis atau penyakit demam keong yang banyak diderita masyarakat di dataran tinggi Lindu Kabupaten Sigi dan dataran Lembah Napu, Kabupaten Poso.
Sebagai dukungan atas permintaan itu, Longki mengusulkan kepada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait untuk bekerjasama mengadakan program sayembara menangkap tikus.
Hal ini dimaksudkan agar anggaran yang diperuntukkan nantinya bisa sesuai dengan program di masing-masing OPD.
“Prevalensi schistosomiasis kepada manusia sudah bagus. Hanya saja kepada hewan tikus sampai saat ini belum menunjukkan hasil yang memuaskan,” katanya.
Adapun tikus yang wajib ditangkap adalah berasal dari dataran lembah Napu dan Lindu yang merupakan wilayah sumber schistosomiasis.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Sulteng, Reny A Lamadjido mengatakan, eliminasi schistosomiasis terhadap hewan tikus perlu mendapat perhatian dari OPD terkait.
Walaupun sedikit kesulitan, akan tetapi Sulteng ditargetkan 2024 deklarasi bebas dari schistosomiasis.
“Bukan berarti 2024 bersih, justru 10 tahun kedepan muncul lagi, ini yang harus diantisipasi,” katanya. MAD
Komentar