1.521 UMKM di Sulteng Terdampak Covid-19 dan 10.370 Tenaga Kerja Dirumahkan

GUBERNUR Sulawesi Tengah (Sulteng) Longki Djanggola menyaksikan penandatanganan perjanjian kerja sama antara Universitas Tadulako dan PT Bank Sulteng di sebuah hotel Jalan Basuki Rahmat, Kota Palu, Kamis (22/10/2020).

SultengTerkini.Com, PALU– Gubernur Sulawesi Tengah (Sulteng) Longki Djanggola menyaksikan penandatanganan perjanjian kerja sama antara Universitas Tadulako (Untad) dan PT Bank Sulteng di sebuah hotel Jalan Basuki Rahmat, Kota Palu, Kamis (22/10/2020).

Acara tersebut juga dirangkaikan dengan seminar “Pemulihan Ekonomi Sulawesi Tengah di Masa Pandemi Covid-19 Kolaborasi antara Untad dan PT Bank Sulteng”.

Direktur Utama PT Bank Sulteng, Rahmat Abdul Haris menyampaikan, pada masa pandemi Covid-19 saat ini terwujud kolaborasi kerja sama antara PT Bank Sulteng dengan Untad.

Kerjasama ini kata dia, adalah untuk melakukan pelayanan perbankan kepada seluruh civitas Untad.

Kegiatan seminar ini juga diharapkan dapat mencari kolaborasi baru dan handal untuk meningkatkan program pemulihan ekonomi, khususnya dalam produksi udang Vaname.

Pihaknya juga telah mengambil peran dan Pemulihan Ekonomi Nasional dengan peningkatan ketahanan pangan sub sektor perikanan dan pertanian, khususnya peningkatan produksi kacang tanah.

Dia mengatakan, Bank Sulteng adalah milik masyarakat Sulawesi Tengah dan saat ini perkembangannya sangat pesat.

Saat ini laba Bank Sulteng sudah mencapai 120,57% dari target yang ditetapkan dan CAR nya 26%.

Gubernur Longki Djanggola menyampaikan apresiasi dan penghargaan atas pelaksanaan penandatanganan perjanjian kerja sama antara Untad dan PT Bank Sulteng yang turut dirangkaikan dengan seminar.

Dia mengatakan, pemerintah telah menyiapkan aneka stimulan ekonomi untuk membangkitkan dunia usaha, tetapi juga diperlukan peranan dari sektor-sektor lain untuk bersinergi, misalnya dari sektor pendidikan tinggi yang saat ini diwakili oleh Untad.

Longki menuturkan, Covid-19 telah menyebabkan krisis ekonomi yang melanda seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia dan terkhusus bagi Sulteng yang sebenarnya baru mulai bangkit setelah dilanda bencana 28 September 2018 turut merasakan pukulan telak dari pandemi terluas dalam sejarah umat manusia.

Dari data terakhir misalnya kata gubernur, menunjukkan ada sekitar 1.521 usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Sulteng yang terdampak ekonomi selama pandemi dengan terjadinya penurunan produksi dan omzet penjualan.

Selain itu juga berkurangnya pembeli, penyaluran hasil produksi, karyawan yang harus diliburkan untuk menghindari penularan virus dan bahkan kelangkaan bahan baku karena tersendatnya distribusi akibat kebijakan pembatasan mobilitas orang maupun barang di antar wilayah.

Dari sisi ketenagakerjaan tercatat ada 10.370 yang terpaksa dirumahkan oleh pihak perusahaan dan UMKM dimana mereka bekerja.

Bahkan yang lebih miris, sampai harus mengalami pemutusan hubungan kerja sebanyak 413 orang.

Pada sektor lain semisal pariwisata, dari data tingkat hunian di sejumlah hotel berbintang sempat mengalami penurunan hingga 9,49% dan hotel non bintang hingga 5,98%, khususnya pada Mei 2020.

Namun angka tersebut perlahan-lahan naik kembali di beberapa bulan selanjutnya seiring pemberlakuan new normal, beroperasinya kembali beberapa maskapai penerbangan mengangkut penumpang dengan tujuan Sulteng dan kebijakan persyaratan masuk wilayah Sulteng dari swab PCR menjadi rapid test.

Gubernur menuturkan, terdapat beberapa kebijakan atau langkah Pemerintah Provinsi Sulteng dalam rangka menanggulangi dampak Covid-19, diantaranya melalui refocusing dan realokasi anggaran di seluruh organisasi perangkat daerah provinsi terhimpun dana lebih kurang Rp 112,81 miliar, dan penggunaan dana CSR  PT Bank Sulteng sebesar Rp 12,5 miliar.

Peruntukan dana-dana tersebut antara lain penanggulangan dampak Covid-19 di sektor kesehatan, pengadaan beras untuk cadangan pangan masyarakat miskin, bantuan keuangan ke kabupaten/kota dalam rangka intervensi anggaran, dan pembuatan alat pelindung diri mandiri.

Gubernur mengharapkan dengan tercapainya penandatanganan kerjasama ini dapat dijadikan momentum untuk memelihara kemitraan sinergi antara lembaga pendidikan tinggi dan industri keuangan.

“Hal itu guna menyelamatkan ekonomi daerah supaya dapat survive atau bertahan di tengah pandemi dengan melakukan adaptasi dan inovasi,” pungkas Gubernur Longki Djanggola. CAL