Tenaga Kerja di PT Poso Energy Didominasi Outsourcing

-Utama-
oleh

SEBAGAI bentuk mega proyek di bidang kelistrikan, begitu besar ekspektasi masyarakat kalau keberadaan PLTA Poso Energy akan mampu menjawab dan bisa memberi ruang dalam upaya perekrutan tenaga kerja, khususnya tenaga kerja lokal.

OLEH: FAIS/SULTENGTERKINI.ID

Namun sayang, harapan itu tinggallah sebuah harapan yang tak berujung. Pasalnya, sejak beroperasi beberapa tahu silam, PLTA Poso Energy 2 dan 1, hingga hari ini, tenaga kerja yang direkrut tidaklah signifikan dari sisi jumlahnya.

Berdasarkan rilis dari Masyarakat Adat Danau Poso (MADP) yakni, kumpulan kelompok warga di 18 desa, khususnya yang berada di pinggiran Danau Poso, menilai kampanye atau janji pihak PT Poso Energy kalau keberadaannya akan mampu menyerap dan membuka lapangan kerja sangat signifikan, ternyata tidak terbukti.

Dalam data yang dirilis pihak MADP, terdapat fakta, setelah pekerjaan konstruksi selesai maka buruh harian atau teknisi segera diberhentikan karena pengoperasian PLTA Poso 1 akan membutuhkan tenaga kerja bersertifikasi.

Jumlah tenaga kerja yang akan dipekerjakan oleh Poso Energy setelah pekerjaan konstruksi, adalah 105 orang dengan rincian, tenaga non lokal 70 orang yang terdiri dari tenaga ahli 10 orang dengan klasifikasi  sarjana teknik, general manager satu orang, manager administrasi satu orang, manager teknik tiga orang, supervisor 10 orang, staf administrasi 15 orang, dan staf teknis/enginering 30 orang.

Menariknya, berdasarkan data yang sama, untuk tenaga lokal pihak PT Poso Energy hanya membutuhkan sebanyak 35 orang dengan klasifikasi sarjana/diploma dan SMK.

Pada kenyataan yang ada saat ini, terdiri dari tenaga honorer 10 orang dan tenaga harian 25 orang. Semuanya ternyata dengan klasifikasi SMK.

Sementara itu, pihak PT Poso Energy melalui Kepala Bagian Humas, Syafri mengakui, jumlah tenaga kerja yang dirilis pihak MADP memang benar adanya.

“Betul, sejumlah itu karyawan inti untuk operasional PLTA,” ungkap Syafri saat dihubungi jurnalis media ini melalui telepon genggamnya.

Syafri mengatakan, selebihnya pekerja yang ada, merupakan tenaga kerja yang sifatnya outsourcing atau kontrak.

“Termasuk tenaga securiti, kita pakai jasa penyedia tenaga pengamanan security,” tutur Syafri. Selain itu kata Syafri, untuk tenaga kerja lainnya direkrut dari pihak BumDes setempat seperti Desa  Sulewana dari BumDes Talawora untuk PLTA 2, dan untuk PLTA Peaker nantinya digunakan tenaga kerja outsourcing, lainnya bisa dari BUMD atau yang sejenisnya. ***

Komentar