TEL AVIV– Ribuan personel pasukan penjajah Israel (IDF) ditarik dari garis depan. Terancamnya perekonomian Israel seiring serangan terus-menerus ke Gaza disebut jadi pemicunya.
Surat kabar Israel Yedioth Ahronoth mengatakan bahwa tentara Israel telah mendemobilisasi ribuan pasukan cadangan dalam beberapa hari terakhir tanpa pengumuman resmi.
Juru bicara militer Daniel Hagari mengatakan pada Senin (20/11/2023) bahwa IDF sedang berusaha untuk mengurangi tentara cadangan di beberapa formasi. Mereka ditarik sehingga memungkinkan mereka untuk mempertahankan kemampuan mereka untuk terlibat dalam pertempuran untuk jangka waktu yang lama.
Sedangkan menurut laporan Yedioth Ahronoth, ribuan perwira dan tentara cadangan yang tidak berpartisipasi dalam serangan darat – yang dilakukan oleh pasukan pendudukan di Gaza sejak 27 Oktober lalu – telah didemobilisasi sehingga mereka dapat kembali berkontribusi pada kegiatan ekonomi di Gaza. Israel.
“Ada keinginan untuk memulihkan kegiatan ekonomi. Mereka (IDF) tidak ingin menghabiskan kekuatan mereka, dan akan ada langkah lebih lanjut untuk mendemobilisasi lebih banyak pasukan cadangan berdasarkan penilaian situasi,” tulis surat kabar tersebut mengutip seorang pejabat tinggi.
Tentara pendudukan Israel telah memanggil antara 300 dan 360.000 tentara dan perwira cadangan setelah Operasi Banjir Al-Aqsa, yang diluncurkan oleh perlawanan Palestina pada tanggal 7 Oktober lalu sebagai tanggapan atas pelanggaran pendudukan terhadap warga sipil Palestina dan kesucian mereka.
Namun, sejauh ini serangan Israel ke Gaza yang berlanjut hingga hari ke-45 belum berhasil mencapai tujuannya, yakni penghancuran total Hamas. Sebaliknya, serangan brutal yang sudah menewaskan 13 ribu warga Palestina itu meningkatnya kerugian ekonomi, dan menimbulkan pertanyaan tentang kemampuan Israel untuk melanjutkan penyerangan.
Sebelum keputusan penarikan pasukan itu, Biro Statistik Israel mengatakan angka pengangguran di negara itu melonjak hampir 10 persen sejak perang di Gaza. Serangan mendadak Hamas mendorong puluhan ribu orang yang tinggal di perbatasan dengan Gaza mengungsi.
Angka pengangguran utama bulan lalu bertahan di angka 3,4 persen. Tapi ketika dihitung dengan angka pengangguran sementara angkanya naik menjadi 9,6 persen. Hal ini karena 428.400 orang tak bekerja. Jumlah itu jauh lebih banyak dibandingkan bulan September yang sebanyak 163.600 orang, sebelum serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober lalu.
Data resmi menunjukkan sekitar 80 ribu warga Israel cuti tanpa gaji selama beberapa pekan. Pada Senin (20/11/2023) biro statistik mengungkapkan angka ketenagakerjaan turun dari 61,1 persen pada bulan September menjadi 56,5 persen pada bulan Oktober.
Biro tersebut mencatat karena perang, mereka perlu melakukan perubahan pada survei tenaga kerja bulan lalu. Sebab hampir tidak ada wawancara yang dilakukan seminggu setelah serangan, sementara semua wawancara berikutnya dilakukan melalui telepon dan bukan secara langsung.
Biro menambahkan mereka tidak melakukan survei dari komunitas dalam jarak 7 km dari Jalur Gaza dan tingkat respon survei turun menjadi 55,3 persen pada Oktober dari 66,9 persen pada bulan September.
Tingkat pengangguran yang rendah di Israel mendukung pertumbuhan ekonomi, tetapi dengan banyaknya orang yang dirumahkan atau kehilangan pekerjaan, ekonomi diperkirakan akan mengalami kontraksi pada kuartal keempat dan tumbuh kurang dari yang diharapkan sebesar 2,3 persen pada tahun 2023.
Kondisi ekonomi Israel juga dilaporkan semakin goyah akibat terus menggencarkan serangan ke Gaza. Dana yang terkuras untuk membiayai perang telah membuat defisit anggaran Israel makin membengkak. Utang Israel pun kian menumpuk.
Seperti dikutip dari Bloomberg pada Senin (13/11/2023), perekonomian Israel rugi sekitar 260 juta dolar AS setiap hari sejak perang meletus di Gaza. Pembayaran kepada sekolah-sekolah ultra ortodoks dan tujuan-tujuan lain yang diperjuangkan oleh kelompok sayap kanan dalam koalisi yang berkuasa membuat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berpikir keras mengenai anggaran.
Biaya yang dikeluarkan Israel disebut menjadi lebih besar dari perkiraan awal dan membebani keuangan publik. Namun, pemberian dana kontroversial kepada kelompok sayap kanan memicu perdebatan nasional dan membuat pasar gelisah.
Dalam beberapa hari mendatang, Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich akan mengumumkan anggaran baru untuk sisa tahun 2023 dan mengungkapkan rencana anggaran untuk tahun depan.
Perang dimulai pada 7 Oktober ketika Hamas melakukan serangan balasan ke Israel. Israel mengeklaim serbuan Hamas telah menewaskan sekitar 1.200 orang. Israel kemudian melakukan pengeboman tanpa henti yang telah membunuh lebih dari 13 ribu orang di Gaza, termasuk anak-anak dan perempuan.
(sumber: republika.id)
Komentar