Tingkat Pengangguran Terbuka di Sulteng Sebesar 3,81 Persen

PIHAK Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tengah Faizal Anwar merilis tentang keadaan ketenagakerjaan di Sulteng kepada sejumlah jurnalis yang berlangsung di kantornya Jalan Muhammad Yamin, Kota Palu, Senin (6/11/2017). FOTO: ICHAL

SultengTerkini.Com, PALU– Pihak Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) mencatat, angkatan kerja pada Agustus 2017 mencapai sebanyak 1.428.583 orang. Sementara penduduk bekerja di Sulteng pada Agustus 2017 sebanyak 1.374.214 orang.

“Untuk Tingkat Pengangguran Terbuka atau TPT pada Agustus 2017 sebesar 3,81 persen,” kata Kepala BPS Sulteng Faizal Anwar saat jumpa pers di kantornya Jalan Muhammad Yamin Kota Palu, Senin (6/11/2017).

Ia mengatakan, pada Agustus 2017, sebesar 68,06 persen penduduk bekerja pada kegiatan informal, dan persentase pekerja informal naik 1,61 persen poin dibanding Agustus 2016.

Selama setahun terakhir, sektor-sektor yang mengalami peningkatan persentase penduduk yang bekerja adalah Sektor Jasa Kemasyarakatan (1,52 persen poin), Sektor Pertambangan dan Penggalian (0,70 persen poin), Sektor Kontruksi (0,46 persen poin); dan Sektor Industri (0,18 persen poin).

Pada Agustus 2017, terdapat 35,85 persen penduduk bekerja tidak penuh (jam kerja kurang dari 35 jam seminggu) mencakup 11,64 persen setengah penganggur dan 24,21 persen pekerja paruh waktu.

Pada Agustus 2017, penduduk bekerja pada jenjang pendidikan SD ke bawah masih tetap mendominasi yaitu sebanyak 624.768 orang (45,46 persen), sedangkan penduduk bekerja dengan pendidikan Diploma sebanyak 30.268 orang (2,20 persen) dan penduduk bekerja dengan pendidikan Universitas sebanyak 142.706 orang (10,39 persen).

Sementara itu, jumlah angkatan kerja Sulteng pada Agustus 2017 sebanyak 1.428.583 orang, mengalami penurunan 80,9 ribu orang dibanding Agustus 2016. Komponen pembentuk angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan pengangguran. Penduduk yang bekerja pada Agustus 2017 sebanyak 1.374.214 orang, turun 85,5 ribu orang dibanding keadaan setahun yang lalu.

Menurutnya, kondisi ini disinyalir disebabkan oleh iklim yang tidak menentu pada tahun 2017 dimana hujan yang menyebabkan banjir di berbagai wilayah di Provinsi Sulteng menyebabkan sektor pertanian terutama perkebunan yang menyerap banyak tenaga kerja gagal panen, sehingga menurunkan TPAK Provinsi Sulteng.

“Sementara itu, jumlah pengangguran sebanyak 54.369 orang, mengalami kenaikan sekitar 4,6 ribu orang dibanding setahun yang lalu,” kata orang pertama di BPS Sulteng itu.

Ia menjelaskan, sejalan dengan turunnya jumlah angkatan kerja, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) juga mengalami penurunan.

TPAK pada agustus 2017 tercatat sebesar 67,14 persen, turun 5,14 persen poin dibanding setahun yang lalu. Penurunan TPAK memberikan indikasi adanya penurunan potensi ekonomi dari sisi pasokan (supply) tenaga kerja.

Berdasarkan jenis kelamin, terdapat perbedaan TPAK antara laki-laki dan perempuan. Pada Agustus 2017, TPAK laki-laki sebesar 84,10 persen sementara TPAK perempuan hanya 49,49 persen. Dibanding kondisi setahun yang lalu TPAK laki-laki maupun perempuan mengalami penurunan.TPAK laki-laki menurun sebesar 2,72 persen poin sementara TPAK perempuan mengalami penurunan sebesar 7,67 persen poin.

Faizal menuturkan, TPT adalah indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat penawaran tenaga kerja yang tidak digunakan atau tidak terserap oleh pasar kerja. Berbagai kebijakan pemerintah terkait penciptaan lapangan kerja tampaknya cukup berhasil menekan tingkat pengangguran, ditunjukkan oleh TPT yang bergerak turun pada Agustus 2016 sampai pada Februari 2017, namun TPT bulan Agustus 2017 bergerak naik, yaitu menjadi 3,81 persen hal ini lebih dikarenakan kondisi bulan Agustus banyak lulusan SMS dan SMK serta tahun ajaran 2016/2017 yang tidak melanjutkan kuliah mereka mencari pekerjaan, disamping itu juga disebabkan tanaman perkebunan yang produksinya cenderung turun, sehingga para pekerja perkebunan tidak terserap maksimal dan kecenderungan mereka mencari pekerjaan.

TPT di perkotaan cenderung lebih tinggi dibanding TPT di perdesaan. Pada Agustus 2017, TPT di perkotaan sebesar 6,51 persen, sedangkan TPT di perdesaan hanya 2,70 persen. Dibandingkan setahun yang lalu, terjadi kenaikan tingkat pengangguran di perkotaan yaitu TPT di perkotaan naik sebesar 2,59 persen poin, dan TPT di perdesaan mengalami penurunan sebesar 0,37 persen poin.

Dilihat dari tingkat pendidikan pada Agustus 2017, TPT untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) paling tinggi diantara tingkat pendidikan lain yaitu sebesar 6,67 persen.

TPT tertinggi berikutnya terdapat pada Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 6,64 persen. Dengan kata lain, ada penawaran tenaga kerja yang berlebih terutama pada tingkat pendidikan SMK dan SMA. “Mereka yang berpendidikan rendah cenderung mau menerima pekerjaan apa saja, dapat dilihat dari TPT SD ke bawah paling kecil diantara semua tingkat pendidikan yaitu sebesar 2,50 persen,” katanya.

Dibandingkan kondisi setahun yang lalu, TPT mengalami kenaikan hampir di semua jenjang pendidikan, kecuali pada tingkat universitas.

Kondisiketenagakerjaan baik menyangkut tingkat pengangguran dan penduduk yang bekerja tidak terlepas dari kinerja sektor-sektor perekonomian yang ada.

Jumlah penduduk yang bekerja pada tiap sektor menunjukkan kemampuan sektor tersebut dalam penyerapan tenaga kerja.

Ia menambahkan, berdasarkan lapangan pekerjaan utama pada Agustus 2017, penduduk Sulteng paling banyak bekerja pada sektor pertanian yaitu sebanyak 608.746 orang (44,30 persen), disusul oleh jasa kemasyarakatan dan sektor perdagangan masing-masing sebanyak 277.670 orang (20,21 persen) dan 218.002 orang (15,86 persen).

“Dilihat berdasar tren sektoral, hampir tidak ada lapangan pekerjaan yang konsisten naik atau turun kontribusinya dalam penyerapan tenaga kerja,” tuturnya. CAL

Komentar