Dunia Alami Resesi, Masyarakat Sulteng tak Perlu Panik!

-Ekonomi, Utama-
oleh

PALU– Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulawesi Tengah (Sulteng), Dwiyanto Cahyo Sumirat menegaskan, masyarakat Sulteng tak perlu panik dengan terjadinya resesi ekonomi di  Amerika Serikat dan negara-negara eropa.

Menurut Dwiyanto, situasi ekonomi di Bumi Tadulako tahun ini sangat baik, bahkan angkanya jauh melebihi angka pertumbuhan ekonomi nasional.

Pada triwulan II tahun 2022, ekonomi Sulteng tumbuh lebih 11 persen, sementara ekonomi nasional tumbuh di angka 5,44 persen.

“Survei ekonomi yang dilakukan Bank Indonesia menunjukkan bahwa tiga bulan kedepan, masyarakat kita masih yakin dengan ekonomi Indonesia. Jadi, masyarakat  tak perlu panik. Ekonomi kita terus bertumbuh,” tegas Dwiyanto di Kantor Bank Indonesia Perwakilan Sulteng, Kamis (13/10/2022).

Menurut Dwiyanto, sektor-sektor yang menjadi andalan Sulteng dalam peningkatan pertumbuhan ekonominya sejauh ini berjalan baik.

Di sektor industri pengolahan, sambung Dwiyanto, sejauh ini tidak ada peristiwa yang menyebabkan terjadinya pemutusan hubungan kerja besar-besaran.

“Aktivitas industri di Kabupaten Morowali berjalan lancar. Tidak ada masalah,” terangnya.

Begitupula di sektor pertanian. Aktivitas ekonomi masyarakat di sektor ini juga tidak dalam masalah.

“Di sektor pertambangan, angkanya memang agak turun. Sebenarnya sektor pertambangan ini bertumbuh, hanya saja angkanya lebih rendah dibanding angka tahun lalu, jadi terbaca turun,” tegas Dwiyanto.

Yang perlu dilakukan saat ini, kata Dwiyanto, adalah menjaga agar resesi tidak terjadi di negara kita. Caranya adalah dengan mendorong tingkat konsumsi dengan berbelanja produk-produk domestik.

“Bila masyarakat belanja produk dalam negeri, akhirnya kita memberi lapangan kerja baru bagi masyarakat. Tapi kalau kita beli barang impor, tentu yang untung orang di luar,” tuturnya.

Bank Indonesia, lanjut Dwiyanto, juga mendorong peningkatan produktivitas ekonomi masyarakat Sulteng.

“Kami memberikan bantuan alat pertanian kepada petani, itu untuk meningkatkan kapasitas produksi pertanian, sehingga ketercukupan bahan makanan pokok bisa terpenuhi,” jelasnya. Perlu diketahui, lembaga moneter dunia menetapkan 31 negara di dunia telah jatuh dalam jurang resesi. Penurunan ekonomi ini terjadi di Amerika Serikat, China dan negara-negara di kawasan eropa. GUS

Komentar