Infrastruktur dengan Teknologi Tercanggih Dibangun di Sulteng Termasuk Rumah Sakit Antigempa

-Utama-
oleh

PALU – Kementerian PUPR melalui Satuan Tugas (Satgas) Pascabencana Gempa Bumi, Tsunami dan Likuifaksi membangun infrastruktur dengan teknologi tercanggih di Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Kabupaten Donggala.

Satgas optimis seluruh pembangunan infrastruktur senilai lebih dari Rp7 triliun ini akan rampung pada 2024 mendatang.

Kepala Satgas Pascabencana Gempa Bumi, Tsunami dan Likuifaksi Sulteng, Arie Setiadi Moerwanto didampingi sejumlah Kepala Balai di bawah naungan Kementerian PUPR menuturkan, seluruh infrastruktur seperti hunian tetap, jembatan, rumah sakit hingga saluran irigasi dibangun dengan teknologi terbaik yang memperhitungkan kondisi bencana sebelumnya.

Menurut Arie Setiadi, rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana di Sulawesi Tengah menjadi rujukan para ilmuwan dunia.

“Kita perlu bangga karena infrastruktur yang kami bangun menggunakan teknologi terbaik,” tegas Arie Setiadi.

Menurut dia, Rumah Sakit Anutapura di Kota Palu didesain antigempa. Saat ini, pembangunannya tengah berlangsung.

“Biar gempa 7,5 skala richter, dokter masih bisa operasi pasien,” terangnya.

Dia menambahkan, pembangunan Jembatan Palu IV juga menggunakan arsitektur terbaik dengan mempertimbangkan likuifaksi yang memungkinkan terjadi di sekitar jembatan.

Saat ini, jembatan tersebut menggunakan bored pile atau pondasi tiang yang ditancapkan sedalam 40 meter.

“Pemasangan bored pile jembatan sedalam 40 meter sudah biasa. Tapi memasang bored pile di laut, itu luar biasa. Dan ini kami lakukan karena posisi jembatan Palu IV ada di laut,” terang Arie bangga.

Begitupula dengan pembangunan infrastruktur lainnya seperti irigasi maupun gedung perkuliahan. PUPR membangun Tsunami Shelter di Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu serta memperbaiki ratusan gedung di Universitas Tadulako.

“Intinya seluruh infrastruktur yang dibangun ini dicegah untuk tidak rusak menyeluruh ketika ada bencana kembali,” sebutnya.

Mengenai pembangunan Hunian Tetap (Huntap), Satgas optimis akan rampung pada 31 Desember tahun ini.

Begitupula dengan irigasi Gumbasa yang mengairi 5.000-an hektar persawahan petani Kabupaten Sigi.

Terkait dengan irigasi, Kepala Balai Wilayah Sungai Sulawesi (BWSS) III, Dedi Yuda Lesmana menuturkan, pembangunannya terus berlangsung.

Dari 5.000 hektar sawah terdampak, 1.070 hektar-nya kini telah terairi seperti sedia kala.

“Kami telah membangun kembali bendungan termasuk irigasinya. Kami target irigasi ini rampung Desember tahun ini,” tegasnya, Kamis malam (25/5/2023).

Dia berharap pelaksana kegiatan tidak menemui kendala sehingga sawah-sawah masyarakat bisa termanfaatkan kembali. GUS

Komentar