PALU– Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) menyebutkan indeks ketimpangan gender (IKG) di Sulteng pada 2022 turun 0,02 poin menjadi sebesar 0,477 dibandingkan dengan pada 2021 yang sebesar 0,497.
“Menurunnya IKG terutama dipengaruhi oleh perbaikan dimensi kesehatan reproduksi dan dimensi pasar tenaga kerja,” kata Statisitisi Ahli Madya BPS Sulteng, Rukhedi di Palu, Selasa (1/8/2023).
IKG adalah adopsi dari Gender Inequality Index (GII) yang diaplikasikan di tingkat nasional dan daerah yang menunjukkan capaian pembangunan manusia yang kurang optimal akibat ketimpangan antara perempuan dengan laki-laki dalam dimensi kesehatan reproduksi, pemberdayaan, dan pasar tenaga kerja.
Dia menjelaskan, ketiga dimensi pembentuk IKG secara konsisten mengalami perbaikan, yakni dimensi kesehatan reproduksi membaik, risiko perempuan dalam kesehatan reproduksi semakin menurun, dan dimensi pemberdayaan dan dimensi pasar tenaga kerja semakin setara.
Untuk dimensi kesehatan reproduksi terutama dipengaruhi menurunnya proporsi perempuan pernah menikah usia 15-49 tahun yang tidak melahirkan hidup di fasilitas kesehatan (MTF), di mana tercatat mengalami penurunan dari 0,217 persen pada 2021 menjadi 0,172 persen pada 2022.
Untuk dimensi pemberdayaan dipengaruhi meningkatnya indikator persentase anggota legislatif dan persentase perempuan 25 tahun ke atas yang berpendidikan SMA ke atas.
Secara umum, kata Rukhedi, selama periode 2018-2022, persentase perempuan anggota legislatif di Sulawesi Tengah meningkat yang merepresentasikan peran perempuan dan laki-laki dalam pengambilan keputusan semakin setara.
Persentase perempuan anggota legislatif pada 2018 sebesar 24,44 persen mengalami kenaikan pada 2022 menjadi 28,89 persen, sedangkan anggota legislatif laki-laki mengalami penurunan dari 76,57 persen menjadi 71,11 persen pada 2022.
Persentase penduduk laki-laki berpendidikan SMA ke atas pada 2018 sebesar 37,82 persen menurun 1,24 persen poin menjadi 36,58 persen pada 2022, sedangkan persentase penduduk perempuan meningkat 2, 01 persen poin dari 32,47 persen pada 2018 menjadi 34,48 persen pada 2022.
“Persentase penduduk perempuan usia 25 tahun ke atas berpendidikan SMA ke atas selama kurun waktu yang sama juga meningkat, akan tetapi hal sebaliknya terjadi pada laki-laki. Hal ini tentunya menjadi catatan karena lebih baiknya keduanya meningkat,” ujarnya.
Dimensi pasar tenaga kerja direpresentasikan dengan indikator tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK).
TPAK laki-laki pada 2018 sebesar 84,98 persen meningkat 0,85 persen poin menjadi 85,83 persen pada 2022, sedangkan TPAK perempuan juga mulai meningkat, khususnya pada 2019 sebesar 50,33 persen meningkat menjadi 53,71 persen pada 2022.
“Diharapkan ke depannya terjadi peningkatan TPAK perempuan agar kesempatan memasuki pasar tenaga kerja antara perempuan dan laki-laki menjadi lebih setara,” katanya.
Dia mengatakan, penurunan IKG terjadi di sebagian besar kabupaten dan kota di Sulawesi Tengah.
Menurut dia, secara umum sejak 2018 ketimpangan gender di Sulawesi Tengah cenderung konsisten mengalami penurunan.
Sejak 2018, IKG berkurang sebesar 0,047 poin, rata-rata turun 0,01 poin per tahun. “Hal ini mengindikasikan ketimpangan gender yang semakin menyempit atau kesetaraan yang semakin membaik,” katanya. ARA
Komentar