GAZA– Sayap militer Hamas Brigade al-Qassam mengumumkan komandan pasukan elite Israel yang menjadi dalang serangan terhadap Rumah Sakit (RS) al-Shifa pada November 2023 lalu telah tewas. Brigade al-Qassam merilis video yang menunjukkan snipernya membunuh Yitzhar Hoffman, komandan unit elite Shaldag militer Israel.
Serangan terhadap RS al-Shifa adalah salah satu babak paling berdarah dalam perang Israel-Hamas, dibandingkan dengan serangan Israel terhadap RS Baptis al-Ahli di Kota Gaza yang menewaskan ratusan orang.
Israel membenarkan serangannya terhadap RS al-Shifa dengan menggambarkannya sebagai markas besar Hamas.
Namun, tidak ada markas besar seperti itu yang ditemukan, betapapun kerasnya juru bicara militer Israel Daniel Hagari berusaha meyakinkan masyarakat internasional.
Brigade al-Qassam ternyata mengetahui secara pasti identitas orang-orang yang menyerbu RS al-Shifa, melakukan eksekusi lapangan dan akhirnya mengusir pasien dan staf medis dari pusat kesehatan terbesar di Gaza tersebut.
Brigade al-Qassam mengungkap menunjukkan kepada Al Jazeera rekaman adegan snipernya memantu dan melacak perwira di unit elite Shaldag, Yitzhar Hoffman, sebelum dia dibunuh oleh sniper tersebut menggunakan senapan Ghoul buatan lokal.
“Patut dicatat bahwa perwira inilah yang bertanggung jawab mengepung dan menyerbu RS al-Shifa di Jalur Gaza utara pada November 2023,” kata Brigade al-Qassam dalam pernyataan video, yang dipublikasikan saluran Telegram Resistance News Network, Senin (18/3/2024).
“Laporan tersebut menggambarkan bagaimana unit IOF [Pasukan Pendudukan Israel] membentengi dirinya di Kota Gaza. Pusat komando lapangan mereka bermarkas di salah satu klub olah raga, sekitar 1 km dari Rumah Sakit al-Shifa, dekat daerah Jawazat, yang menyaksikan bentrokan sengit dari semua faksi perlawanan. Daerah itu diawasi oleh perwira Hoffman yang terbunuh,” lanjut Brigade al-Qassam.
“Brigade al-Qassam dengan tepat melacak Hoffman sejak dia memutuskan untuk menyerbu dan mengepung RS al-Shifa hingga kesempatan sempurna untuk menjamin kematiannya dua bulan kemudian, dengan menggunakan peluru dan senapan sniper Ghoul buatan Gaza.” “Peluru menembus helm dan rompi [perwira] IOF, bahkan melumpuhkan kendaraan.
Unit khusus di al-Qassam dilatih mengenai hal ini, seperti yang ditunjukkan pada paruh kedua laporan ini,” lanjut sayap militer Hamas tersebut.
“Pelatihan ini dilakukan setelah memilih pejuang perlawanan yang memiliki karakteristik yang memungkinkan mereka bertahan dalam waktu tunggu yang lama untuk menangkap target potensial, kemampuan untuk bekerja di bawah tekanan berat dalam kondisi lapangan yang sulit, fleksibilitas dalam penyembunyian, mengidentifikasi pentingnya target, dan mengambil keputusan eksekusi,” imbuh Brigade al-Qassam.
“Lebih dari 34 operasi telah dilakukan dengan senapan Ghoul. Hebatnya, Al-Jazeera mengonfirmasi bahwa seorang pejuang al-Qassam mengonfirmasi jarak serangan 1.800 meter menggunakan senapan Ghoul saat Operasi Badai al-Aqsa.”
(sumber: sindonews.com)
Komentar