GAZA– Sayap militer Hamas, Brigade al-Qassam, mengatakan mereka telah menyerahkan jenazah perwira Israel; Letnan Hadar Goldin, setelah menjadi sandera selama 11 tahun. Perwira Zionis itu tewas selama perang tahun 2014 di Gaza.
“Brigade (Izzuddin) al-Qassam akan mengirimkan jenazah perwira Hadar Goldin, yang ditemukan kemarin di sebuah terowongan di kota Rafah, pukul 14.00 waktu Gaza,” kata Brigade al-Qassam dalam sebuah pernyataan di kanal Telegram mereka beberapa jam sebelum jenazah tersebut dikirim pada hari Ahad.
Goldin menjadi sandera ke-24 yang jenazahnya telah dikembalikan Hamas sejak dimulainya gencatan senjata pada 10 Oktober.
Jenazah Goldin telah ditahan di Gaza sejak dia tewas pada tahun 2014. Sebelumnya, Hamas tidak pernah mengakui kematiannya atau kepemilikan jenazahnya.
Sementara itu, rezim Zionis Israel mengonfirmasi telah menerima jenazah Goldin pada hari Minggu. “Setelah proses identifikasi selesai…perwakilan IDF (militer Israel) memberi tahu keluarga sandera Letnan Hadar Goldin bahwa orang yang mereka cintai telah dikembalikan ke Israel dan identifikasinya telah difinalisasi,” kata kantor Perdana Menteri Israel, yang dikutip AFP, Senin (10/11/2025).
“Setelah 11 tahun yang panjang dan menyakitkan, terlalu lama, Letnan Hadar Goldin, seorang pahlawan Israel, hari ini telah dipulangkan ke tanah airnya,” imbuh Presiden Israel Isaac Herzog di X.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Letnan Hadar Goldin meninggal selama Operasi Protective Edge pada tahun 2014. “Jenazahnya diculik oleh Hamas, yang menolak mengembalikannya selama periode ini,” katanya.
Goldin (23) adalah bagian dari unit Israel yang bertugas menemukan dan menghancurkan terowongan Hamas ketika dia terbunuh pada 1 Agustus 2014, hanya beberapa jam setelah gencatan senjata kemanusiaan selama 72 jam diberlakukan.
Juru bicara pemerintah Israel, Shosh Bedrosian, mengatakan Goldin tewas dalam sebuah penyergapan.
“Para teroris muncul dari sebuah terowongan di Rafah dan menyerang tentara IDF,” kata Bedrosian kepada para wartawan pada hari Minggu, yang kembali menggunakan narasi “teroris” untuk menyebut para milisi perlawanan Palestina di Gaza.
“Hadar ditembak dan tewas dalam serangan Hamas ini, sementara para teroris menyeret jenazahnya kembali ke dalam terowongan,” ujarnya.
Upaya sebelumnya untuk mengambil jenazahnya melalui pertukaran tahanan telah gagal.
“Pengembalian jenazahnya (Goldin), setelah penundaan 11 tahun, memiliki makna yang sangat penting,” kata kolumnis Israel Amos Harel di surat kabar Haaretz yang berhaluan kiri.
“Ini akan menutup babak yang menyakitkan dan mengirimkan pesan bahwa komitmen Israel untuk tidak meninggalkan tentara tetap teguh,” paparnya.
Samah Deeb, yang mengungsi dari Gaza utara ke Gaza tengah, tetap merasa khawatir bahkan ketika Hamas memulangkan para sandera Israel.
“Kami masih merasa seperti sandera situasi ini,” kata Deeb (33) kepada AFP.
“Tahap selanjutnya dari gencatan senjata, yang melibatkan pelucutan senjata Hamas dan administrasi Jalur Gaza, membuat kami khawatir,” imbuh dia.
“Saya ingin anak-anak saya memiliki kehidupan yang bermartabat, sekolah dan pendidikan dapat kembali, dan kami dapat tinggal di rumah yang layak, bukan tenda atau tempat penampungan sementara,” ujarnya.
Pandangannya diamini oleh Mohammed Zamlout, warga Gaza lainnya yang mengungsi.
“Kami menginginkan penarikan Israel. Kami ingin kembali ke rumah kami yang hancur, memulai rekonstruksi, membangun kembali infrastruktur dan sekolah, dan memulihkan kehidupan anak-anak kami,” katanya.
Pada awal gencatan senjata, Hamas menahan 20 sandera hidup dan jenazah 28 tawanan yang telah meninggal.
Sejak itu, Hamas telah membebaskan semua sandera yang masih hidup dan mengembalikan 24 jenazah tawanan sesuai dengan ketentuan gencatan senjata.
Sebagai imbalannya, Israel telah membebaskan hampir 2.000 tahanan Palestina yang sebelumnya berada dalam tahanannya dan mengembalikan jenazah ratusan orang yang tewas di Gaza.
Jenazah empat sandera masih ditahan di Gaza-tiga warga Israel dan satu warga Thailand, semuanya ditangkap dalam serangan Oktober 2023.
(sumber: sindonews.com)















Komentar