Warga Tolitoli Tidak Mau Dibohongi Kartu Sakti

CALON Bupati Tolitoli, Amran H Yahya saat berorasi di Desa Lantapan, Kecamatan Galang, Rabu (2/12/2020) malam. FOTO: ICHAL/SULTENGTERKINI.COM

SultengTerkini.Com, TOLITOLI– Warga Kabupaten Tolitoli ogah atau tidak mau dibohongi dengan janji-janji politik yang tercantum dalam kartu sakti yang disebarkan salah satu pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Tolitoli.

Ribuan warga di Kecamatan Tolitoli Utara mengaku tak percaya dengan janji manis di dalam kartu tersebut. Begitupula dengan ribuan warga yang berada di Kecamatan Galang.

“Apakah bapak ibu percaya bahwa kartu itu bisa diwujudkan ketika calon itu jadi bupati?,” kata Ketua Ikatan Keluarga Indonesia Buol Kabupaten Tolitoli, Syafrudin Batalipu, bertanya kepada ribuan massa, Rabu (2/12/2020) malam.

Serempak ribuan massa berteriak tidak percaya.

“Tidak!,” tegas warga menjawab.

Syafrudin Batalipu mengatakan, masyarakat Tolitoli perlu mencermati anggaran keuangan daerah Tolitoli. Dengan besaran anggaran Rp 70 miliar setiap tahun, mustahil berbagai janji politik berupa pemberian bantuan serba gratis bisa diwujudkan.

“Jangan percaya! karena ketika mereka ingkar janji, tidak ada hukum yang bisa menjerat mereka. Masyarakat mau mengadu kemana tidak ada gunanya,” urai Syafrudin.

Anggota DPRD Tolitoli, Muslimin mengatakan, APBD Tolitoli sebesar Rp 1,2 triliun lebih. Dari anggaran tersebut, 20 persen dialokasikan untuk membiayai pendidikan, 10 persen pembiayaan kesehatan dan 54 persen dibiayai untuk gaji pegawai.

“Hanya sedikit anggaran yang bisa digunakan untuk menunjang program kemasyarakatan. Kalau semua mau digratiskan, uangnya darimana?,” jelas anggota DPRD Tolitoli tiga periode itu.

Calon Wakil Bupati Tolitoli, Mohammad Besar Bantilan menuturkan, salah satu isi kartu yang dibagikan adalah menjaga kestabilan harga cengkih.

“Saya mau tanya bapak ibu semua, stabil harga yang diinginkan ini berapa?. Tidak jelas!. Sekarang saja harga cengkih kita sudah Rp 60 ribu per kilo. Tidak perlu dijanji, harganya sudah naik sendiri,” tutur Mohammad Besar Bantilan disambut tepuk tangan.

Begitupula soal program beasiswa gratis. Program ini mustahil bisa diberikan kepada seluruh lulusan SMA sederajat, karena dana pemda tidak mencukupi.

“Setiap tahun, lulusan SMA itu hampir 6.000 orang. Kalau kita mau kasih beasiswa semuanya, uang yang mana kita mau ambil? tidak usahlah 6.000 orang. Kita ambil 3.000 orang saja, kalau dikalikan Rp 20 juta per orang, dana yang kita butuhkan Rp 60 miliar. Habis anggaran kita hanya untuk program ini. Belum lagi kalau ternyata beasiswa itu hanya dipakai mahasiswa untuk karaoke di Palu, bukan nyonyor (hancur) pemda,” urai Besar disambut tepuk tangan massa.

CALON Wakil Bupati Tolitoli, Mohammad Besar Bantilan saat berorasi di Desa Malangga, Kecamatan Galang, Rabu (2/12/2020) malam. FOTO: ICHAL/SULTENGTERKINI.COM

Sementara itu, Calon Bupati Tolitoli, Amran H Yahya menegaskan, program gratis-gratis adalah suatu pembodohan masyarakat. Dengan bantuan gratis, masyarakat menjadi malas bekerja.

“Ini yang saya tidak inginkan. Masyarakat kita harusnya didorong untuk kerja, bukan untuk malas-malasan. Kalau masyarakat bekerja, terus dibantu pemda, tentu ekonominya meningkat. Dengan sendirinya, masyarakat bisa menyekolahkan anaknya,” tegas Amran H Yahya.

Makanya, kata Amran, dirinya tidak berani memberikan janji-janji yang susah untuk dibuktikan. Seluruh program yang dibuatnya, sambung Amran, adalah program yang sesuai dengan karakternya dan sesuai dengan keuangan daerah.

“Saya bisa saja bikin program yang penuh kepalsuan, tapi itu bukan karakter saya. Saya bukan tipe orang yang suka membohongi orang,” ujarnya.

Amran mengatakan, dirinya tidak suka ketika ada persoalan yang berlarut-larut.

“Saya ini suka menyelesaikan persoalan. Kalau hari itu bisa kita selesaikan kenapa mesti tunggu besok,” sebut Amran disambut riuh pendukungnya.

Ketika masyarakat Tolitoli memilihnya sebagai Bupati Tolitoli, Amran siap turun ke lapangan untuk menanyakan apa persoalan mereka dan menyelesaikan persoalan itu.

“Saya ini sudah biasa di tengah-tengah masyarakat. Makanya jabatan bupati bagi saya bukan untuk diduduki, tapi dipangku. Kalau dipangku, berarti pemimpinnya siap melayani dan punya tanggung jawab kepada masyarakat,” jelas Amran, mantan anggota DPRD Tolitoli tiga periode itu.

Dia meminta warga Tolitoli untuk satukan persepsi dan tindakan dengan memilih pasangan Amran H Yahya-Mohammad Besar Bantilan nomor urut 3 di Pilkada 9 Desember 2020. GUS