PALU– Pihak Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Tengah (Sulteng) mengungkapkan angka kemiskinan di wilayahnya naik menjadi 12,33 persen. Kenaikan tersebut berdasarkan survei BPS pada Maret 2022.
Sebelumnya pada September 2021, angka kemiskinan di Sulteng turun hingga mencapai 12,18 persen. Artinya pada survei baru-baru ini kemiskinan di Sulteng naik menjadi 0,15 persen dari 12,18 persen.
Ketua Tim SKS BPS Sulteng, Jefrie Wahido mengatakan, survei soal kemiskinan di wilayahnya itu dilakukan dua kali dalam setahun yakni pada Maret dan September.
“Memang untuk periode Maret 2022 mengalami sedikit kenaikan. Namun perlu diingat bahwa pada bulan Maret 2021 angka kemiskinan di Sulteng itu turun,” ucapnya, Selasa (26/7/2022).
Jefrie mengatakan, penurunan angka kemiskinan di Sulteng sebenarnya sudah melandai dalam tiap tahun. Terbukti dulu tahun 2014/2015 angka kemiskinan Sulteng pernah mencapai 14,66%.
Sementara salah satu penyebab naiknya angka kemiskinan pada Maret 2022, dikarenakan adanya kenaikan harga bahan pokok di pasar. Apalagi kenaikan tersebut status nasional.
“Sebenarnya program pemerintah daerah untuk menurunkan angka kemiskinan itu sudah berjalan dan berhasil melandai turun. Namun kalau naik ya mungkin hanya sedikit saja, itupun karena adanya beberapa faktor tertentu,” ujarnya.
Survei kemiskinan yang dilakukan BPS Sulteng, berdasarkan ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti makanan dan non makanan.
Di Sulteng sekitar 76,20% kategori kemiskinan pengaruh karena tidak mampunya memenuhi kebutuhan makanan. Dikatakan garis kemiskinan jika seseorang memiliki pendapatan Rp 530 ribuan. Jadi kalau ada seseorang berpendapatan di bawah Rp 530 ribuan, maka dikategorikan miskin. ZEN
Komentar