Integrasi Nilai-Nilai Budaya Dalam Pengajaran Sastra

-Opini, Utama-
oleh

SASTRA, sebagai salah satu bentuk ekspresi budaya yang paling mendalam, memiliki peran yang sangat penting dalam proses pelestarian dan pengenalan nilai-nilai budaya lokal.

SITI HADIJA ALAYDRUS DAN NASIM TAHA*)

Dalam karya sastra, baik itu cerita rakyat, legenda, puisi, maupun novel, terkandung banyak nilai-nilai yang mencerminkan kehidupan sosial, moral, etika, dan pandangan dunia suatu masyarakat.

Sastra tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai media pendidikan yang dapat mengajarkan tentang karakter, kebijaksanaan, dan pandangan hidup yang bijaksana, yang seringkali berasal dari kebudayaan lokal.

Sejalan dengan hal tersebut, Paulo Freire (1970): pendidikan sebagai praktik kebebasan, Freire menekankan pentingnya pendidikan yang membebaskan dan transformatif, yang memungkinkan siswa untuk memahami realitas sosial mereka dan mengambil tindakan untuk mengubahnya.

Dalam pengajaran sastra yang berbasis nilai-nilai budaya lokal, teori Freire mendukung penggunaan teks-teks sastra untuk membangkitkan kesadaran kritis siswa tentang budaya mereka sendiri dan tantangan-tantangan yang dihadapi dalam era globalisasi.

Pengajaran sastra yang mengintegrasikan nilai-nilai budaya lokal memiliki potensi besar dalam menanamkan kesadaran budaya pada siswa.

Melalui pembelajaran sastra yang berbasis pada teks-teks lokal, siswa tidak hanya diajak untuk memahami struktur dan elemen sastra, tetapi juga untuk menghargai serta menumbuhkan rasa bangga terhadap warisan budaya mereka sendiri.

Hal ini juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami keragaman budaya Indonesia dan pentingnya menjaga kelestarian budaya tersebut.

Selain itu, Lev Vygotsky (1978), teori pembelajaran sosial, Vygotsky menekankan pentingnya interaksi sosial dan konteks budaya dalam proses pembelajaran.

Dalam pengajaran sastra yang mengintegrasikan nilai-nilai budaya lokal, teori Vygotsky mendukung gagasan bahwa siswa belajar melalui interaksi dengan teks-teks sastra yang kaya akan konteks budaya, yang dapat memperkaya pemahaman mereka tentang identitas budaya mereka sendiri dan bagaimana mereka berhubungan dengan dunia.

Namun, tantangan terbesar dalam mengintegrasikan nilai-nilai budaya lokal ke dalam pengajaran sastra adalah kurangnya kesadaran akan pentingnya peran sastra dalam pendidikan budaya.

Selain itu, faktor kurikulum yang sering kali lebih fokus pada sastra dunia atau sastra luar negeri menyebabkan sastra lokal dan nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya kurang mendapat perhatian.

Padahal, jika diselenggarakan dengan tepat, pengajaran sastra yang berbasis budaya lokal dapat menjadi jembatan yang menghubungkan siswa dengan akar budaya mereka, sekaligus memperkenalkan mereka pada keindahan dan kekayaan budaya Indonesia yang begitu beragam.

Dengan mengintegrasikan nilai-nilai budaya lokal dalam pengajaran sastra, siswa tidak hanya akan memahami karya sastra dari segi estetika dan struktur, tetapi juga akan lebih menghargai nilai-nilai yang terkandung dalam karya tersebut, seperti gotong royong, kearifan lokal, penghormatan terhadap leluhur, serta harmoni dengan alam.

Ini adalah dasar yang kuat dalam membentuk karakter siswa yang peduli terhadap kelestarian budaya, serta memahami pentingnya keberagaman dan toleransi dalam masyarakat.

Selain itu, pengajaran sastra yang berbasis budaya lokal dapat membantu siswa mengembangkan rasa identitas yang lebih kuat, memahami warisan budaya mereka, dan menjadi agen perubahan yang mampu meneruskan serta melestarikan budaya tersebut ke generasi mendatang.

Sastra, dengan segala kekayaan dan kedalamannya, menjadi media yang efektif dalam membangun kesadaran budaya yang bukan hanya bersifat teoritis, tetapi juga aplikatif dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan dari pengintegrasian nilai-nilai budaya lokal dalam pengajaran sastra adalah untuk menumbuhkan kesadaran budaya pada generasi muda, memperkenalkan keberagaman budaya Indonesia, dan membentuk karakter siswa yang berbasis pada nilai-nilai luhur budaya bangsa.

Manfaatnya sangat besar, tidak hanya bagi pelestarian budaya lokal, tetapi juga dalam memperkuat jati diri bangsa di tengah derasnya arus globalisasi.

Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan kurikulum yang memasukkan sastra lokal dan nilai-nilai budaya dalam pembelajarannya.

Melalui pendekatan ini, sastra tidak hanya menjadi alat untuk mengenal bahasa dan seni, tetapi juga sebagai sarana yang efektif dalam mengajarkan nilai-nilai moral, sosial, dan budaya yang ada di masyarakat.

Dengan demikian, pengajaran sastra yang berbasis pada nilai budaya lokal dapat menjadi salah satu upaya untuk menjaga kelestarian budaya Indonesia dan memperkuat kesadaran budaya di kalangan generasi muda.

*) Penulis adalah Mahasiswa Program Pascasarjana Linguistik Terapan Universitas Negeri Gorontalo

Komentar