MOROWALI- Hilirisasi nikel di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah sejak 2015 telah memberi dampak nyata bagi peningkatan ekonomi masyarakat di kabupaten itu. Angka kemiskinan menurun signifikan serta bisnis tumbuh dan berkembang pesat.
Daerah yang paling merasakan dampak hilirisasi nikel adalah Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali. Daerah yang dulunya sunyi tersebut kini paling ramai aktivitas ekonomi.
Di kecamatan ini, berdiri tegak sebuah kawasan industri pengolahan nikel bernama Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP).
IMIP adalah perusahaan kongsi antara PT Bintang Delapan dan Tsingshan Group asal Negeri Tirai Bambu, Cina. Tsingshan sendiri adalah perusahaan pengolahan nikel terbesar dunia yang memiliki teknologi paling mutakhir abad ini.
IMIP memiliki areal kawasan industri seluas 4.000 hektare di Bahodopi. Hingga November 2024, lebih dari 50 perusahaan telah menanamkan investasinya di kawasan industri IMIP dengan jumlah karyawan lebih dari 80 ribu orang. Bahkan diproyeksikan jumlah karyawan akan terus bertambah hingga 90 ribu orang seiring dengan massifnya pembangunan pabrik dan pengolahan sumber daya mineral.
Selain diolah menjadi produk stainless steel, pabrik pengolahan nikel di kawasan industri itu juga memproduksi mangan, silikon, chrome, kapur, kokas hingga cobalt sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik.
Keberadaan kawasan industri nikel ini membuat orang berbondong-bondong menuju Kabupaten Morowali.
Data dari Dinas Pariwisata Sulteng menyebutkan bahwa lebih dari 1,3 juta orang berkunjung ke Kabupaten Morowali pada tahun 2023. Kedatangan mereka tentu dengan berbagai tujuan. Ada yang berwisata, mencari kerja ataupun membangun bisnisnya.
Peningkatan ekonomi di Kecamatan Bahodopi sangat terlihat jelas. Bayangkan saja, di satu kecamatan, tumbuh dan berkembang tujuh unit hotel, 32 penginapan dan 16.596 kamar kos.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Morowali, Gladius Alfonsus dalam paparannya di Buku Bahodopi Dalam Angka 2024 menyebutkan, hotel terbanyak berada di Desa Bahodopi sebanyak lima unit. Sementara dua hotel lainnya berada di Desa Fatufia dan Desa Keurea.
Sementara penginapan terbanyak berada di Desa Bahodopi sebanyak 16 penginapan, disusul Desa Keurea tujuh unit, Desa Siumbatu tiga unit, Desa Fatufia dan Desa Dampala dua unit, serta Desa Bahomakmur dan Desa Le-le satu unit.
Selain hotel dan penginapan, usaha kamar kos juga menjamur di Kecamatan Bahodopi.
Berdasarkan survei mandiri yang dilakukan PT IMIP tahun 2024, terdapat 16.596 kamar kos di kecamatan itu.
Yang membanggakan, seluruh kamar kos terisi penuh dengan jumlah penyewa rata-rata dua orang per kamarnya!.
Secara umum, geliat ekonomi tak hanya tumbuh di sekitar areal kawasan. Ekonomi Provinsi Sulteng di 13 kabupaten dan satu kota juga ikut terdampak.
Pada tahun 2024, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah (Sulteng) diperkirakan tumbuh sebesar 9,73 persen (yoy) pada kuartal IV dan 11,91% (ctc) secara agregat tahun 2023. Pertumbuhan ekonomi yang kuat ini didorong oleh sektor industri pengolahan, pertambangan dan penggalian, serta pertanian, kehutanan, dan perikanan. GUS
Komentar