Pemerintah Didesak Bangun Hunian Sementara Berbasis Pekarangan

WhatsApp Image 2018-11-14 at 17.52.45
SALAH satu lokasi kamp pengungsi di Dusun Paropo Desa Loru, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. FOTO: IST

SultengTerkini.Com, PALU– Ketua Fraksi NasDem DPRD Sulawesi Tengah (Sulteng), Muhammad Masykur mendesak pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota agar perlu mempertimbangkan banyak aspek  dalam melaksanakan pembangunan hunian sementara dan hunian tetap bagi warga korban bencana gempa bumi, tsunami serta likuefaksi di Kota Palu, Kabupaten Donggala dan Sigi.

Hal tersebut dimaksudkan supaya hunian sementara dan hunian tetap yang akan dibangun tidak terkesan mubazir dan sekadar kejar tayang.

“Ini proyek besar yang sedini mungkin diantisipasi,” kata Masykur kepada media ini, Rabu (14/11/2018) malam.

Selain itu, yang utama dan terpenting dari semua itu adalah peruntukannya dapat dinikmati dengan aman dan nyaman bagi mereka yang berhak, katanya.

Menurut Masykur, aspek yang harus dipertimbangkan diantaranya adalah partisipasi warga.

Ini penting dijadikan pertimbangan utama sebelum terlambat. Sebagai korban, mereka mesti dilibatkan mulai dalam proses perencanaan, pelaksanaan sampai tahap akhir.

Sebab, program tersebut satu kesatuan dengan pemulihan warga korban pasca bencana gempa, tsunami dan likuefaksi.

Prinsip dasarnya, pemerintah menempatkan warga tidak semata-mata sebagai korban bencana, namun juga sebagai pelaku aktif dalam kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi bersama para pemangku kepentingan lainnya, katanya.

“Sejatinya kita berharap konsepsi dan implementasinya seperti itu,” katanya.

Sebab model pengungsian di lapangan beragam.

Ada yang yang terkonsentrasi dalam jumlah besar di lapangan dan masing-masing mendirikan tenda pengungsian di halaman rumah, sehingga tidak bisa dipukul rata.

Oleh karenanya model pendekatan program pun mesti disandarkan pada konteks dan karakteristik warga korban.

Bukan sebaliknya, sekonyong-konyong asal bangun hunian sementara melalui pendekatan proyek.

Jadi baiknya hal tersebut dilihat secara jernih dan utuh agar program di masa pemulihan sukses memulihkan warga korban.

“Gool besarnya disitu jika ingin disebut Sulteng sudah bangkit,” kata Masykur.

Ia menambahkan, membangun hunian sementara di pekarangan rumah warga sama artinya dengan menyandarkan program pemulihan sebagai satu kesatuan tak terpisah dari penanganan pasca bencana menuju Sulteng Bangkit Bersama.

Seperti diketahui sampai saat sekitar puluhan ribu kepala keluarga masih hidup beralaskan tanah dan beratap tenda di halaman rumah karena rumah miliknya tidak layak dan aman lagi dihuni di Kota Palu, Kabupaten Donggala dan Sigi. CAL

Komentar